Bisnis.com, JAKARTA — Survei Perbankan Triwulan II/2025 yang dilaksanakan Bank Indonesia (BI) memperkirakan penyaluran kredit pada akhir 2025 melambat dibandingkan tahun sebelumnya.
Hal ini tecermin dari nilai perhitungan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) outstanding kredit sampai dengan akhir tahun 2025 sebesar 94,28%, lebih rendah dibandingkan SBT pertumbuhan kredit sepanjang 2024 yang sebesar 95,74%.
“Penyaluran kredit tahun 2025, antara lain didorong oleh prospek kondisi ekonomi, kebijakan suku bunga, serta relatif terjaganya risiko dalam penyaluran kredit,” tulis BI dalam dokumen Survei Perbankan Triwulan II/2025, Rabu (23/7/2025).
Adapun hingga kuartal II/2025, penyaluran kredit perbankan terindikasi meningkat dari kuartal sebelumnya, tetapi masih lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu.
Nilai SBT permintaan kredit baru pada kuartal kedua tahun ini tercatat sebesar 85,22%, lebih rendah dari SBT 89,11% pada kuartal II/2024.
Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan kredit baru terindikasi bersumber dari Kredit Modal Kerja (SBT 88,34%) dan Kredit Investasi (SBT 77,54%). Sementara itu, SBT Kredit Konsumsi melandai secara kuartalan dari 59,25% menjadi 57,76%.
Baca Juga
“Konsumsi yang termoderasi disebabkan dari perlambatan permintaan Kredit Pemilikan Rumah [KPR]/Kredit Pemilikan Apartemen [KPA] dengan SBT 53,26%, dan Kredit Multiguna dengan SBT 26,40%,” lanjut BI.
Sebaliknya, permintaan kartu kredit, Kredit Tanpa Agunan (KTA), dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) tercatat mengalami peningkatan secara kuartalan dengan masing-masing nilai SBT 69,80%, 46,13%, dan 10,96%.
Sepanjang periode yang sama, Survei BI juga mengindikasikan perbankan menerapkan kebijakan standar penyaluran kredit yang lebih berhati-hati, tecermin dari Indeks Lending Standard (ILS) triwulan II/2025 yang bernilai positif sebesar 0,08.
Berdasarkan jenisnya, standar penyaluran kredit yang lebih ketat tersebut didorong oleh Kredit UMKM, Kredit Modal Kerja, dan KPR/KPA.
“Beberapa aspek kebijakan penyaluran kredit yang terindikasi lebih berhati-hati, antara lain pada aspek plafon kredit, premi kredit berisiko, agunan, dan persyaratan administrasi,” jelas bank sentral.