Bisnis.com, JAKARTA — Seluruh saham bank pelat merah alias bank BUMN kompak mengalami penurunan pada perdagangan Kamis (31/7/2025).
Pergerakan saham-saham anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) ini dipengaruhi oleh beberapa sentimen, mulai dari kinerja keuangan hingga penugasan untuk menjalankan program prioritas pemerintah, seperti Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih.
Mengacu pada data perdagangan pukul 14.00 WIB, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) turun 1,3% atau 60 poin ke level Rp4.560 per saham. Sejak pembukaan, BMRI sudah bergerak melemah di posisi Rp4.610 per saham. Dalam sepekan terakhir, saham Mandiri telah terkoreksi 5% atau 240 poin.
Penurunan juga dialami PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), yang sahamnya merosot 2,18% atau 90 poin ke level Rp4.030 per saham. Sepanjang sepekan, BBNI tercatat melemah 4,5% atau 190 poin.
Adapun saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) terkoreksi 1,59% atau 60 poin ke level Rp3.720 per saham. Dalam lima hari terakhir, BBRI sudah kehilangan 5,82% atau 230 poin dari nilainya.
Saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) juga mengalami tekanan. Per perdagangan siang ini, BBTN melemah 2,17% atau 25 poin ke level Rp1.125 per saham. Dalam sepekan, saham BTN tergelincir hingga 8,23% atau 100 poin.
Sementara itu, saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) juga ikut terkoreksi 1,44% atau 40 poin ke level Rp2.730 per saham. Selama sepekan, BRIS melemah 4,21% atau 120 poin.
Menanggapi tren pelemahan ini, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai bahwa memang kinerja fundamental bank-bank Himbara masih belum optimal.
“Contohnya saja BRI, kalau kita bandingkan secara tahunan untuk kuartal kedua tahun ini, masih mencatatkan pertumbuhan negatif,” ujar Nafan kepada Bisnis, Kamis (31/7/2025).
Dia menambahkan bahwa perbankan Himbara saat ini juga tengah menghadapi tantangan berupa kondisi likuiditas yang ketat. Meski demikian, Nafan menilai program pemerintah tetap perlu didukung oleh bank-bank Himbara.
“Ini adalah program unggulan pemerintah, sebagai bagian dari stimulus untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” pungkasnya.
Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai bahwa program Kopdes Merah Putih bisa menjadi peluang sekaligus tantangan bagi bank-bank BUMN.
“Kopdes Merah Putih merupakan program nasional, harapannya pengelolaan koperasi ini dapat dilakukan secara profesional dan menerapkan tata kelola yang baik sehingga dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan,” ujarnya kepada Bisnis.
Menurutnya, jika pengelolaan koperasi dilakukan dengan benar, maka hal tersebut justru akan memberikan dampak positif bagi bank yang ikut mendukung kegiatan Kopdes tersebut.
Sebelumnya, Corporate Secretary Bank Mandiri M. Ashidiq Iswara mengatakan Bank Mandiri mendukung penuh program kerakyatan tersebut, tetapi dengan catatan semua langkah tetap harus sejalan dengan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko.
Ashidiq bilang Bank Mandiri melihat bahwa Kopdes Merah Putih bagian dari strategi memperkuat inklusi dan pemberdayaan ekonomi berbasis kerakyatan di Indonesia.
“Bank Mandiri telah terlibat aktif dalam pelatihan SDM KDKMP serta mendukung penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung operasional koperasi desa, serta bersama Himbara turut berperan dalam mendukung launching KDKMP tanggal 19 Juli 2025,” ujar Ashidiq kepada Bisnis, Sabtu (12/7/2025).
Sementara, Direktur Utama BRI Hery Gunardi menyampaikan bahwa sejak awal program ini digagas, perseroan telah menyiapkan skema pembiayaan yang sehat dan berisiko rendah. Skema pembiayaan disusun menyesuaikan kebutuhan modal kerja berdasarkan skala usaha (kecil, menengah, atau besar) dan estimasi omzet bisnis koperasi.
Namun, Hery mengakui masih ada tantangan besar dalam pengelolaan koperasi di lapangan, terutama terkait kapasitas manajerial dan transparansi pencatatan keuangan.
Untuk itu, BRI mengandalkan keberadaan Rumah BUMN dan Desa BRILiaN sebagai rumah inkubator pendampingan usaha bagi pengurus koperasi. Dukungan juga diberikan dalam bentuk pelatihan pencatatan pembukuan, pengelolaan arus kas, dan tata kelola profesional.
Kinerja Bank BUMN
Pada hari ini, BBRI mengumumkan kinerja keuangan sepanjang semester I/2025 dengan laba bersih konsolidasian yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp26,28 triliun pada semester I/2025.
Pada periode sama tahun sebelumnya, BRI mencetak laba bersih Rp29,7 triliun. Apabila memperhitungkan kepentingan non-pengendali, maka laba bersih periode berjalan BRI adalah sebesar Rp26,53 triliun pada Juni 2025.
BRI mencatatkan kenaikan sejumlah pos beban, seperti kerugian terkait risiko operasional yang naik dari Rp63,89 miliar menjadi Rp686,73 miliar. Beban pencadangan atau impairment juga naik 25,8% menjadi Rp23,27 triliun.
Dari sisi kualitas aset, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross BRI relatif stabil pada level 3,23% dibandingkan sebelumnya 3,21%. NPL net tercatat bergerak dari 0,86% menjadi 0,99%.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) alias BNI mencetak laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp10,09 triliun pada semester I/2025. Pada periode sama tahun sebelumnya, BNI mencetak laba bersih Rp10,69 triliun. Dengan demikian, terjadi koreksi 5,58% secara tahunan (year on year/YoY).
Mengutip laporan keuangan perseroan, pendapatan bunga bersih BNI tumbuh 2,33% YoY dari Rp19,07 triliun menjadi Rp19,51 triliun hingga paruh pertama tahun ini.
Meski demikian, tekanan terjadi pada sejumlah pos pendapatan seperti pendapatan komisi turun 2,20% YoY ke angka Rp4,84 triliun, sementara pendapatan lainnya juga menyusut 1,01% YoY menjadi Rp2,83 triliun. Pada saat bersamaan, beban pencadangan alias impairment naik 9,82% menjadi Rp3,71 triliun.
Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) BNI naik dari 69,43% menjadi 71,36%. Imbal aset (return on asset/ROA) menyusut tipis dari 2,46% ke 2,23%, sebagaimana imbal ekuitas (return on equity/ROE) yang bergerak dari 16,29% menjadi 14,24%.
Sementara Bank Mandiri, BTN, dan BSI belum menyampaikan kinerja keuangan semester I/2025 hingga berita ini diterbitkan. Sebagai kisi-kisi, Bank Mandiri mencatatkan laba bersih Rp19,65 triliun pada Mei 2025, tumbuh terbatas 0,13% YoY dari sebelumnya Rp19,63 triliun.
Pada periode yang sama, BBTN membukukan laba bersih tahun berjalan senilai Rp1,19 triliun per Mei 2025. Nilai ini tumbuh 3,31% YoY dibandingkan dengan realisasi bulan kelima tahun lalu. Adapun, laba bersih tahun berjalan BSI senilai Rp2,91 triliun pada bulan kelima tahun ini. Nilai ini tumbuh 5,02% YoY dari Rp2,76 triliun.