Bisnis.com, JAKARTA — Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate menjadi angin segar bagi industri pembiayaan atau multifinance, meskipun di satu sisi masih ada tantangan industri otomotif yang lesu.
Hal tersebut disampaikan oleh ekonom sekaligus Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira. Menurutnya, dengan turunnya suku bunga, biaya pendanaan atau cost of fund yang masuk ke perusahaan diharapkan menjadi lebih murah.
Bila itu terjadi, ujarnya, perusahaan pembiayaan akan bisa menawarkan bunga pinjaman yang lebih kompetitif kepada konsumen, khususnya untuk pembiayaan kendaraan bermotor.
Meski demikian, Bhima menilai momentum ini juga bergantung pada kecepatan transmisi penurunan suku bunga dan kondisi pasar. Baginya, tantangan terbesar ada pada risiko penyaluran pembiayaan karena sebagian besar portofolio multifinance masih berada di sektor kendaraan bermotor.
“Khususnya roda 4 maupun roda 2 itu dalam situasi yang tertekan. Bahkan outlook-nya 2026 juga masih akan terjadi perlambatan atau moderasi dari sisi pertumbuhan sektor otomotif untuk kendaraan baru,” katanya kepada Bisnis, Kamis (21/8/2025) malam.
Oleh sebab itu, dia menyarankan agar perusahaan pembiayaan dapat mencari cara-cara yang kreatif dan potensial untuk menopang kinerja perusahaan selain dari sektor otomotif. Salah satu contohnya adalah pembiayaan untuk renovasi ataupun pembiayaan untuk 3 juta rumah.
Baca Juga
“Nah, ini juga bisa mendorong tingkat penyaluran dari multifinance apalagi kalau rumah ya relatif risikonya sebenarnya lebih rendah, layanan renovasi digencarkan promosinya marketing-nya, sehingga masyarakat juga tahu bahwa multifinance memiliki segmen penjaman properti,” ucapnya.
Selain itu, dia juga menyarankan agar multifinance gencar bekerjasama dengan berbagai platform digital. Misalnya memanfaatkan platform e-commerce atau m-banking untuk pengajuan kredit kendaraan bermotor.
“Itu bisa menjadi salah satu cara juga untuk diversifikasi segmen-segmen baru, terutama di segmen generasi muda yang lebih melek cara pendekatan secara digital dibandingkan datang ke pameran atau datang ke kantornya multifinance secara langsung,” pungkasnya.
Sementara itu, pengamat industri pembiayaan Jodjana Jody mengatakan perusahaan asuransi biasanya tidak serta merta menurunkan bunga pinjaman seusai BI Rate turun. Ini karena berkaitan dengan funding facility yang sudah ditetapkan masing-masing perusahaan.
Dia meneruskan, justru saat ini permasalahan utama industri leasing bukanlah suku bunga, melainkan kredit macet.
“Tantangan multifinance sekarang ini ada di risiko kredit yang masih belum membaik [non performing finance/NPF], dan bukan bunga. Jadi walaupun bunga credit murah, tetap kelayakan konsumen masih menjadi tantangan utama,” katanya.