BISNIS, COM, DENPASAR— Bank-bank di daerah siap mengerek bunga kredit seiring dengan kenaikan suku bunga acuan atau BI Rate. Penaikan bunga kredit cukup bervariasi antara 0,25%–0,5%.
Salah satu daerah yang akan menaikkan bunga adalah Bali. Bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR) di daerah itu segera merespons kebijakan BI Rate dengan memacu suku bunga 50 basis poin.
Eben Eser Nainggolan, Head of Bussiness Banking BNI Wilayah Denpasar, mengatakan pasca-BI Rate naik 25 basis poin, industri perbankan di Bali pasti melakukan penyesuaian bunga. Namun, penaikan bunga tak langsung berlaku saat BI Rate diumumkan.
“Kenaikan bunga kredit itu dipastikan tidak terlalu berdampak terhadap target perbankan,” katanya, Senin (1/7/2013).
Dia menjelaskan saat BI Rate naik perbankan mulai melakukan kajian dan analisis untuk melihat beban biaya dana. Apabila beban biaya dana meningkat signifikan, akan berdampak terhadap kenaikan suku bunga kredit.
Namun, sambungnya, bank tak bisa langsung menaikkan suku bunga kredit karena dapat memicu kepanikan. Menurutnya, bank harus melakukan mempertimbangkan besaran penaikan suku bunga.
Penaikan bunga sendiri dikhawatirkan dapat memicu kenaikan kredit bermasalah (non performing loan/NPL), sehingga kenaikan bunga tak terlalu tinggi.
Eben menyampaikan saat ini bunga kredit komersil dan produktik, terutama segmen usaha kecil dan menengah hanya 12% hingga 13%. Dia memperkirakan kenaikan bunga tak lebih dari 50 basis poin.
Deputi Direktur Bank Indonesia wilayah III Suaprika Bimantoro menambahkan perbankan di Bali masih melakukan pemetaan untuk
menaikkan bunga kredit.
MASALAH LIKUIDITAS
Presiden Komisaris PT Bank Perkreditan Rakyat Sri Artha Lestari Alex P. Chandra menyampaikan bank-bank khawatir terjadi kelangkaan likuiditas, sehingga menaikkan bunga dana.
Dampak kenaikan bunga dana,sambungnya, membuat bunga kredit meningkat, sehingga penaikan bunga kredit dipastikan terjadi dalam beberapa bulan ke depan.
Sementara itu, DPP Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) mengkaji kemungkinan penaikan bunga simpanan di BPR setelah kenaikan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6%.
“Kalaupun naik, diperkirakan maksimal sebesar 25 basis poin,” kata Ketua Umum DPP Perbarindo Joko Suyanto di Bandung, Senin (1/7/2013).
Selain itu, lanjutnya, penaikan bunga simpanan menyesuaikan suku bunga wajar penjaminan simpanan yang ditetapkan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Setelah BI Rate naik, LPS Rate untuk BPR ikut naik menjadi 8,25% dari sebelumnya 8%.
Menurut Joko, apabila penaikan bunga simpanan terealisasi, dana pihak ketiga BPR diprediksi tumbuh 15%–20%. Perbarindo mencatat sampai Mei 2013 total dana
BPR mencapai Rp57 triliun.
“Kami ingin mendorong pertumbuhan dana murah, jika suku bunga simpanan naik,” tuturnya.
Adapun untuk suku bunga kredit,Joko mengimbau agar industri BPR tidak serta merta me naikkan suku bunga kredit, meskipun biaya dana naik.
“Ketika DPK terus tumbuh, tidak tertutup kemungkinan, terjadi penyesuaian suku bunga kredit. Tapi,saya kira, penyesuaiannya kecil,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Ketua DPD Perbarindo Jabar Andi Gu nawan menambahkan total DPK BPR di Jabar hingga Mei 2013 sudah mencapai Rp9 triliun tumbuh 20% dalam setahun.
Sementara itu, penyaluran kredit mencapai Rp8,6 triliun atau lebih tinggi 15,6% dari realisasi sebelumnya Rp7,47 miliar pada periode tersebut.
Saat ini jumlah BPR di Jabar mencapai 307 unit dengan kantor cabang sebanyak 291. “Pertumbuhan di Jabar termasuk bagus, cuma di Kota Bandung yang asetnya menurun 20%,” ungkapnya. (k57, Ashari Purwo)