Bisnis.com, SURABAYA—PT PTPN X (Persero) akan memanfaatkan penyertaan modal negara yang diterimanya untuk membangun pabrik bioetanol di Kediri senilai Rp525 miliar, yang diharapkan selesai dalam waktu dua tahun.
Pabrik itu diharapkan menghasilkan pendapatan senilai Rp294 miliar/tahun, terdiri atas penjualan bioetanol seharga Rp276 miliar dan penjualan karbondioksida senilai Rp18 miliar, dengan asumsi harga bioetanil dan CO2 masing-masing Rp9.200 dan Rp1.500 per liter.
Adapun, total penyertaan modal negara (PMN) yang diterima PTPN X adalah Rp975 miliar, yang mana Rp450 di antaranya akan digunakan untuk pembangunan pabrik bioetanol tersebut. Sementara itu, sisa Rp75 miliar lainnya diambil dari kas internal perusahaan.
“Produksei tetes tebu PTPN X bisa dipakai untuk 2 pabrik bioetanol. Kami sudah punya satu di Mojokerto, karena itu kami ingin punya satu lagi di Kediri,” ujar Direktur Utama PTPN X Subiyono, Senin (16/2/2015).
Pabrik bioetanol yang akan dibangun di Kediri itu dirancang dengan kapasitas 30.000 kiloliter/tahun. Dengan proyeksi produksi tetes tebu sejumlah 292.500 ton, PTPN X optimistis kebutuhan untuk dua pabrik bioetanol mereka akan tercukupi.
Tahun ini, PTPN X menganggarkan investasi senilai Rp1,125 triliun. Selain untuk menggarap pabrik bioetanol di Kediri, modal itu bakal dialirkan untuk membangun cogeneration produksi listrik dan peningkatan kapasitas pabrik gula (PG).
Proyek cogeneration akan digarap di PG Ngadirejo Kediri dengan kapasitas 20 MW, PG Tjoekir Jombang sebesar 10 MW, dan PG Gempolkrep Mojokerto 20 MW. Total investasi di tiga proyek cogeneration itu mencapai Rp246 miliar.
Sementara itu, proyek lainnya mencakup peningkatan kapasitas PG Tjoekir menjadi 4.800 ton tebu/hari dari hanya 4.000 ton tebu/hari. PG Gempolkrep ditingkatkan kapasitasnya dari 6.500 ton tebu/hari menjadi 7.200 ton tebu/hari.
“Kami akan optimalkan PMN, kas internal, dan pinjaman perbankan untuk memacu kinerja, terutama untuk menyukseskan swasembada gula dan mendukung kedaulatan energi dengan pemanfaatan bioetanol guna mengurangi impor bahan bakar minya,” imbuh Subiyono.
Pada perkembangan lain, Ketua Panitia Kerja PMN DPR RI Azam Azman Natawijana telah memantau langsung rencana investasi PTPN X untuk memaksimalkan produk hlir tebu nongula yang dananya bersumber dari PMN.
“Hari [Senin] kami cek pabriknya. Sesuai rencana investasi yang disampaikan, dana PMN itu akan difokuskan ke industri hilir tebu. Jadi tidak hanya produksi gula, tapi ada juga bioetanol dan listri dari ampas tebu,” ujarnya.
Anggota Komisi VI DPR Abdul Wachid berpendapat semua pabrik gula di Jatim bakal dipacu untuk menghasilka produk nongula yang kompetitif, terutama bioetanol dan listrik, sebagaimana tengah dikerjakan oleh PTPN X.
“BUMN gula lain yang mendapat PMN kami harap bisa merintis pabrik bioetanol seperti PTPN X dalam 3 tahun ke depan. Saya harap industri gula di Indonesia bisa seperti Brazil yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Di Indonesia baru satu yang seperti itu, yaitu di Mojokerto.”
Sekadar catatan, pabrik bioetanol terintegrasi di PG Gempolkrep memproduksi bioetanol dengan tingkat kemurnian hingga 99,5% dengan oktan RON117. Bioetanol tersebut digunakan sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan bermotor.