Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia Investment Authority (INA) mengungkap telah menginvestasikan modal senilai US$4 miliar atau senilai Rp65 triliun (asumsi kurs: Rp16.286) sejak pertama kali didirikan pada 2021.
Kepala Investasi INA Christopher Ganis menjelaskan investasi kumulatif yang telah disalurkan tersebut berasal dari modal internal senilai US$1,6 miliar dan investasi bersama mitra sebesar USD2,4 miliar.
"Sepanjang berjalan waktu 4 tahun terakhir, kita sudah investasi US$4 miliar. Itu disalurkan bersama, baik yang berasal dari [modal] kita sendiri yang sudah diberikan dan dana dari mitra investasi kami," jelas Christopher saat berkunjung ke redaksi Bisnis Indonesia, Kamis (24/7/2025).
Sepanjang 2024, INA mengalokasikan investasinya pada empat sektor prioritas nasional. Di antaranya transportasi dan logistik, energi hijau dan transformasi, infrastruktur digital, serta kesehatan.
Christopher menjelaskan, mayoritas mitra investasi INA berasal dari investor luar negeri. Hal itu sejalan dengan tujuan utama pembentukan INA yang didorong untuk menarik Investasi asing atau foreign direct investment (FDI).
Adapun, sepanjang 2024 FDI yang berhasil dibukukan INA mencapai sebesar Rp13,8 triliun atau setara dengan 2,5 kali lipat dari investasi ekuitas INA pada periode yang sama. Dalam penjelasannya, ini merupakan capaian tahunan tertinggi sejak INA berdiri.
Baca Juga
Kemudian, selama tahun 2024, INA merealisasikan delapan investasi di beberapa sektor prioritas,dengan total penyaluran modal sebesar Rp19,5 triliun, terdiri dari Rp5,6 triliun dari kontribusi INA dan Rp13,8 triliun berasal dari mitra investor.
"Ini salah satu alasan INA dibentuk untuk menarik FDI. Jadi tiap ada FDI yang mau datang ke Indonesia kita bisa membentuk menjadi co-investment berbarengan di suatu proyek jadi kita mengundang mereka untuk bersama-sama kita collaborate," imbuhnya.