Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) berharap realisasi belanja kementerian bisa cepat terealisasi agar dapat menjadi stimulus permintaan pembiayaan alat berat industri multifinance.
Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno mengatakan perlu waktu agar pembukaan blokir anggaran yang dilakukan Kementerian Keuangan pada Maret 2025 bisa berdampak pada pembiayaan alat berat multifinance.
"Kalau anggaran direlaksasikan, tidak juga tidak langsung serta-merta anggaran turun secepat itu. Kan perlu ada waktu untuk urusan administrasinya. Jadi, dengan anggaran itu turun, juga ada potensi proyek-proyek mulai turun, mudah-mudahan. Itu yang kita sedang tunggu," kata Suwandi kepada Bisnis, Kamis (24/7/2025).
Suwandi mengatakan proyek pemerintah yang biasanya menyumbang permintaan tinggi atas pembiayaan alat berat adalah proyek-proyek di Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Seperti diketahui, Kementerian PU merupakan salah satu kementerian yang anggarannya dirampingkan sesuai amanat dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1/2025.
Berdasarkan catatan Bisnis, pagu anggaran Kementerian PU tahun anggaran 2025 sebenarnya telah ditetapkan sebesar Rp110,95 triliun. Melalui Inpres 1/2025, anggaran Kementerian PU dipangkas sebesar Rp81 triliun.
Dengan efisiensi ini, beberapa proyek-proyek Kementerian PU di 2025 yang akan terdampak antara lain seperti pembangunan jalan, pembangunan bendungan sampai irigasi. Padahal, sektor-sektor tersebut merupakan proyek pemerintah yang paling besar menyumbang permintaan pembiayaan alat berat multifinance.
Baca Juga
"Kalau di proyek pemerintahan itu lebih banyak kan sektor konstruksi, bangun jalan, bangun pelabuhan, bangun bendungan, irigasi dan sebagainya," kata Suwandi.
Dalam perkembangannya, pada kuartal I/2025 lalu Kementerian Keuangan merelaksasi belanja negara. Usai pembukaan blokir anggaran oleh Kementerian Keuangan ini, anggaran Kementerian PU diputuskan hanya dipangkas sebesar Rp60,49 triliun.
Suwandi menilai relaksasi anggaran Kementerian PU ini pada awalnya akan berimbas pada perbaikan portofolio pembiayaan alat berat, sebelum kemudian berdampak pada pertumbuhan pembiayaan.
"Dulu, kan, ditahan 90%, sekarang terbuka. Kan mungkin yang nomor pertama [prioritas] adalah pasti di perbankan [untuk pelunasan]. Pasti di kami ada nasabah-nasabah yang telat bayar karena PU-nya enggak bayar. Nomor satu itu dulu, bukan tumbuhnya dulu. Paling enggak dibayar, kredit NPL-nya menurun," tegasnya.
Adapun, penyaluran pembiayaan alat berat oleh multifinance per Mei 2025 meningkat sebesar 10,72% (year on year/YoY) menjadi Rp47,61 triliun. Pertumbuhan ini meningkat dibanding pertumbuhan per Januari dan Maret 2025 yang masing-masing secara tahunan tumbuh 7,7% (YoY) dan 8% (YoY). Sedangkan sepanjang tahun lalu, pertumbuhan pembiayaan alat berat per Desember 2024 tumbuh 5,39% (YoY).
Melihat naik-turun pertumbuhan pembiayaan alat berat di tahun ini, Suwandi tetap berharap pertumbuhan di akhir 2025 bisa melampaui pertumbuhan sepanjang 2024. Menurutnya, kebutuhan pembiayaan alat berat selalu tetap akan ada.
Sedangkan yang menjadi tantangan, Suwandi melihat gejolak geopolitik dan kebijakan perdagangan global juga dapat menekan ekonomi nasional yang pada akhirnya berimbas pada kinerja pembiayaan multifinance.
"Mungkin kalaupun melampaui tidak akan besar. Kalau tidak salah, kan, alat berat itu tumbuhnya sekitar 5%—7% . Tapi ini kan yang namanya alat kan tetap akan ada pergantian," pungkasnya.