Bisnis.com, JAKARTA--DBS Bank, bank yang bermarkas di Singapura, mengemukakan bank sentral belum waktunya melakukan pemotongan BI Rate dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia edisi Januari 2016.
Dalam risetnya, Ekonom DBS Bank Gundy Cahyadi menyebutkan risiko global yang berasal dari China masih menjadi 'momok' untuk depresiasi nilai tukar. Dia mengatakan, langkah China yang bermanuver dengan renmibi pada pekan lalu belum berakhr.
Sebagian besar nilai tukar mata uang di Asia terdepresiasi karena gejolak yang ditimbulkan China," kata Gundy.
Namun demikian, dia mengakui jika peluang untuk pemangkasan suku bunga acuan RI lebih terbuka pada bulan ini ketimbang bulan lalu. Apalagi, lanjutnya, inflasi berada di bawah perkiraan dan tergolong paling rendah dalam lima tahun terakhir.
Menurutnya, belum ada alasan krusial bagi otoritas moneter untuk memainkan kebijakan suku bunga. "Nilai tukar rupiah yang stabil lebih penting bagi laju produk domestik bruto."
Di sisi lain, Gundy menambahkan saat pelaku pasar banyak memperbincangkan perang nilai tukar, penurunan BI Rate bisa menimbulkan sinyal yang berlawanan.