Saya sering membaca ulasan di beberapa tulisan, di antaranya ada anggapan bahwa dosa kitalah yang membuat Tuhan mencegah rejeki kita. Ini seperti zaman tahun 1000 di Eropa yang ada anggapan orang sakit karena dosa.
Rejeki itu ada logikanya. Di sekolah manajemen itu tiap hari diajari ekonomi melayani kebutuhan masyarakat. Ada yang dilatih entrepreneur, ada yang dilatih kasus, ada yang magang, begitu setiap hari.
Akan tetapi, memang rejeki itu ada satu step di atas ilmu ekonomi. Artinya ada orang yang enteng rejeki.
Maksudnya adalah rejeki datang bila kita sadar. Mengapa begitu? Karena selama kita mengumbar nafsu, maka 99% otak kita isinya ego, keinginan diri sendiri.
Kecerdasan uang itu maksudnya mengerti kehendak orang lain. Ya OPM (other people mind).
Percuma tak berguna kalau hanya "aku ingin begini aku ingin begitu" seperti Nobita. Yang terpenting adalah faktor orang lain. Kok bisa?
Ya. Selama ini kita berdoa suka tanggung, enggak selesai sampai tuntas. Memberi salam juga dipenggal, tidak tuntas sampai akhir.
Salam, misalnya, artinya kata dasarnya mengampuni. Menerima orang lain, memaafkan orang lain, mengerti orang lain, mengikuti kehendak orang lain.
Lalu, apakah rejeki itu? Rejeki itu adalah dasarnya mercy. Iba. Kok bisa?
Ada pepatah sunda "gede ngapura" itu artinya mudah dimaafkan. Tiap kali lewat, selalu bilang permisi, punten, nuwun sewu, artinya mohon maaf, mohon seribu maaf. Artinya supaya kita mudah dimaafkan.
Misalnya, kita wawancara kerja, dalam setiap wawancara ada faktor reasoning artinya selalu ada alasan mendukung. Misalnya, dia kurang pengalaman, tapi cantik. Banyak pengalaman tapi rendah hati. Jadi hidup adalah sebuah interaksi.
Saya membandingkan dengan istri saya. Selama perjalanan menikah 23 tahun, saya sering mendelete kontak HP orang yang menyebalkan. Sekali saya memindahkan seluruh contact HP. Punya saya ada 500 nomor, sementara milik istri saya ada 3.000 nomor.
Ternyata, bila setiap kali kita sebal dengan seseorang lalu nomor HP-nya kita delete, lama kelamaan ya habis sisa satu nomor diri sendiri.
Hermawan Kartajaya sering bercanda dirinya bukan yang paling cakep di antara mahasiswa jaman dulunya, tetapi paling "ngerejekeni" alias paling banyak rejeki.
Kembali ke HP istri saya, maka bisa dikatakan rezeki istri saya 6 kali lipat lebih besar daripada saya karena dia mudah memaafkan. Mudah melupakan. Mudah menerima orang lain. Gede ngapura. Tapi ini kan istri saya, bukan istri tetangga. Jadi rejeki istri saya buat saya.
Penulis:
Goenardjoadi Goenawan
Konsultan dan motivator tentang paradigma baru tentang uang. Penulis 10 buku manajemen, termasuk "Rahasia Kaya, Jangan Cintai Uang", "Money Intelligent: Rahasia Kaya, Mulai Berbisnis" yang baru terbit. goenardjoadi @ gmail.com
EDUKASI DUIT: Sifat Pemaaf Sebagai Pintu Rejeki
Memang rejeki itu ada satu step di atas ilmu ekonomi. Artinya ada orang yang enteng rejeki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Goenardjoadi Goenawan
Editor : Setyardi Widodo
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
1 jam yang lalu
Lo Kheng Hong Serok Lagi Saham GJTL Desember 2024
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
1 jam yang lalu
BRI Respons Dugaan Ransomware: Data dan Dana Nasabah Aman
8 jam yang lalu