Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BUMDes Diklaim Bisa Hasilkan Net Profit Hingga Rp75 T

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo memerkirakan jika seluruh badan usaha milik desa (BUMDes) dikonsolidasikan dengan baik bakal menghasilkan net profit hingga Rp75 triliun per tahun.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Trasmigrasi Eko Putro Sandjojo menyampaikan paparannya saat rapat kerja dengan Komisi V di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (7/6)./Antara-M Agung Rajasa
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Trasmigrasi Eko Putro Sandjojo menyampaikan paparannya saat rapat kerja dengan Komisi V di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (7/6)./Antara-M Agung Rajasa

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo memerkirakan jika seluruh badan usaha milik desa (BUMDes) dikonsolidasikan dengan baik bakal menghasilkan net profit hingga Rp75 triliun per tahun.

BUMDes, menurutnya, harus memiliki model bisnis yang tepat sesuai dengan potensi desa masing-masing. "Sudah ada dalam beberapa bulan ini BUMDes bisa menghasilkan Rp100 juta lebih per bulan. Nah, setahun kan Rp1,2 miliar. Kalau Rp1 miliar saja setiap BUMDes per tahun, 75.000 BUMDes saja kalau dikonsolidasikan itu akan menghasilkan net profit Rp75 triliun. Ini belum ada BUMN yang punya net profit Rp75 triliun. Indonesia negara besar, harus dikonsolidasi," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (24/8/2017).

Eko menambahkan, terdapat BUMDes yang saat ini telah dibantu beberapa perusahaan BUMN. Adapun BUMDes ini nantinya didorong untuk menjadi penyalur hibah dan barang bersubsidi seperti gas, sembako, dan pupuk. Menurutnya, jika hal tersebut berjalan, keuntungan Rp100 juta per bulan bagi BUMDes bukan lagi menjadi hal sulit.

Dia melanjutkan kesuksesan BUMDes juga bergantung pada bisnis model yang diterapkan. Desa Ponggok misalnya, dengan merubah bisnis model BUMDes-nya, berhasil meningkatkan penghasilan dari Rp10 juta per tahun menjadi Rp6,3 miliar per tahun.

"Tahun lalu (penghasilan) Rp10,3 miliar. Padahal dana desa tahun lalu Rp600 jutaan saja. Jadi desanya sudah mandiri," paparnya.

Di sisi lain, Eko mengatakan perlu adanya kerja sama semua pihak dalam mengawal program pemerintah seperti halnya dana desa. Menurutnya, persoalan penyelewengan dana desa bukan terletak pada program, melainkan persoalan mental korup yang harus diperangi.

"Jika ada kegaduhan adalah menunjukkan bahwa kita serius. Kita tidak main-main mengatasi adanya penyelewengan dana desa," tandasnya.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Thomas Mola
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper