Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BNI dan Bank Mandiri Ungkap Ragam Pembelajaran Agar Tak Senasib dengan SVB Dkk

Bank BNI dan Mandiri mencatat pembelajaran dari kasus bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat agar perbankan di Indonesia tak bernasib sama.
Logo Silicon Valley Bank di kantor pusat yang berlokasi di Santa Clara, California, AS, Jumat (10/3/2023). /Bloomberg-Philip Pacheco
Logo Silicon Valley Bank di kantor pusat yang berlokasi di Santa Clara, California, AS, Jumat (10/3/2023). /Bloomberg-Philip Pacheco

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatat berbagai pembelajaran dari kasus bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS) agar perbankan di Indonesia tak bernasib sama.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan kasus bangkrutnya bank-bank di AS seperti SVB memang tidak berdampak secara langsung ke perbankan Indonesia. Hal ini karena bank-bank di Indonesia tidak mempunyai eksposur terhadap bank-bank bangkrut itu.

Namun, bank-bank Indonesia tetap mesti berhati-hati terhadap efek rambatan dari kasus SVB. "Ada pembelajaran bagi bank di Indonesia dari kasus SVB ini agar memiliki strategi bisnis yang tepat dalam menghadapi gejolak ekonomi," katanya dalam webinar pada Kamis (6/4/2023).

Selain strategi bisnis yang tepat, bank juga mesti menjaga aset likuid-nya. "Balance sheet harus dijaga jangan sampai alami kesulitan likuiditas," ujarnya.

Menurutnya, diperlukan monitoring berbagai indikator risiko likuiditas yang kuat di bank seperti liquidity coverage ratio (LCR) dan net stable funding ratio (NSFR).

Bank juga perlu memiliki liquidity backstop yang likuid dan dapat dieksekusi dalam kondisi apapun. Selain itu menjalankan liquidity contingency plan secara rutin.

Pembelajaran lainnya yang bisa diambil dari krisis perbankan di AS adalah perlunya bank memitigasi risiko pasar serta menjaga reputasi melalui komunikasi yang efektif.

"Aset yang mengandung risiko pasar besar adalah aset treasury. Maka investasi harus dilakukan dengan koridor risiko yang terukur," katanya.

Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin juga mengatakan dampak langsung kasus bangkrutnya SVB ke bank-bank di Indonesia sangat minim. Akan tetapi, perbankan Indonesia menurutnya tetap harus waspada.

"Harus jaga loan disbursment atau booking. Portofolionya Harus datang dari berbagai industri sektor dan tidak tergantung ke satu industri sektor saja," kata Ahmad Siddik.

Kemudian, berkaca pada kasus SVB, tidak adanya regulatory requirement yang kuat membuat SVB tidak terkontrol. "SVB tidak memiliki kewajiban untuk menghitung LCR dan NSFR karena tidak masuk ke dalam bank sistemik," ujarnya.

Maka, kontrol regulasi itu menurutnya diperlukan, dan di Indonesia hal tersebut sudah dijalankan.

Sebagaimana diketahui, industri perbankan di AS dan Eropa saat ini sedang dilanda guncangan. SVB di AS dilaporkan bangkrut usai gagal mengumpulkan dana tambahan sebesar US$2,25 miliar dalam 48 jam.

Sebelum bangkrutnya SVB, Silvergate Capital Corp., juga telah mengatakan akan melikuidasi banknya yang menyimpan dana kripto sebagai imbas dari kehancuran industri kripto.

Kepanikan di industri keuangan AS tidak berhenti di situ, sebab regulator bank AS kemudian mengumumkan penutupan Signature Bank.

Tidak hanya di AS, sentimen negatif merembet ke pasar Eropa setelah Credit Suisse mengalami gejolak. Saham Credit Suisse Group AG ditutup melemah dan sempat anjlok ke level terendah sepanjang masa.

Bank Sentral Swiss kemudian memberikan bantuan likuiditas kepada Credit Suisse Group AG setelah sahamnya anjlok. Credit Suisse Gorup AG sendiri telah menarik pinjaman senilai US$54 miliar atau Rp833 triliun dari Bank Sentral Swiss.

Kemudian, saham Deutsche Bank (DB) merosot setelah kontrak yang dirancang untuk memastikan setiap default utang melonjak. Hal ini pun membawa kekhawatiran di pasar Eropa karena Deutsche Bank merupakan pemberi pinjaman terbesar kedua di kawasan.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper