Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tips Investasi di P2P Lending agar Tak Boncos dan Dulang Cuan

Berikut tips investasi di P2P Lending agar tetap cuan di saat platform Investree justru telat bayar ke lender.
Ilustrasi P2P lending atau pinjaman online (pinjol)/Samsung.com
Ilustrasi P2P lending atau pinjaman online (pinjol)/Samsung.com

Bisnis.com, JAKARTA - Menjadi pendana alias lender pada platform teknologi finansial pendanaan bersama (fintech P2P Lending) bukan aktivitas yang pasti mendatangkan cuan. Lantas, bagaimana tips agar uang tetap aman dan tak boncos?

Sebagai informasi, platrorm Investree yakni PT Investree Radhika Jaya merupakan salah satu P2P Lending yang tengah menjadi sorotan karena dikeluhkan beberapa lender-nya akibat telat bayar dari para peminjam (borrower).

Baru-baru ini, Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi pun mengakui terdapat beberapa borrower yang telat bayar atau macet, di mana mayoritas merupakan pelaku usaha yang belum pulih dari pandemi Covid-19.

"Sebagian berhasil bangkit, sebagian belum," ungkap Adrian dalam pemberitaan Bisnis.com sebelumnya.

Menurut Adrian, mayoritas segmen pelaku usaha yang belum berhasil pulih berasal dari industri garmen dan tekstil, minyak dan gas, serta konstruksi. 

Tips Tetap Raih Cuan di Investasi P2P Lending

Menanggapi maraknya kasus gagal bayar di platform P2P Lending, Perencana Keuangan dari Finante.id Sayoga R. Prasetyo membenarkan bahwa isu keterlambatan bayar sebenarnya tak sepenuhnya merupakan kesalahan borrower.

Terlebih, platform P2P Lending hanya menjadi wadah mempertemukan lender dengan borrower, di mana para lender bisa memilih sendiri bagaimana kriteria borrower sesuai preferensi masing-masing. 

"P2P lending kurang cocok untuk orang dengan profil risiko konservatif. Karena risikonya cukup tinggi, meskipun imbal hasilnya pun tinggi," ujar Sayoga kepada Bisnis, Sabtu (2/12/2023).

Sebagai contoh, pada beberapa kasus telat bayar lender di platform P2P Lending, termasuk di Investree, ternyata kebanyakan borrower telat bayar itu memang telah ditampilkan memiliki profil risiko tinggi, sehingga bunga yang ditawarkan juga lebih tinggi ketimbang borrower dengan profil risiko rendah. 

Artinya, hal ini juga merupakan risiko dari para lender yang memilihnya secara sukarela, baik karena tidak cermat melihat profil risiko, atau hanya karena tergiur penawaran bunga yang lebih tinggi.

"Oleh sebab itu, pilih platform P2P Lending dengan informasi paling komplit mengenai borrower. Misal, lender tertarik memberikan pinjaman produktif, alias borrower-nya adalah sebuah perusahaan, maka pastikan lihat informasi highlight keuangan perusahaan borrower itu," tambahnya. 

Sayoga menekankan para lender agar utamanya memperhatikan laba bersih dari usaha borrower, serta bagaimana rasio utangnya terhadap total aset. Menurutnya, lender baiknya menghindari memberikan pinjaman kepada suatu borrower yang punya utang terbilang tidak wajar, apabila dibandingkan total aset usahanya.

"Perhatikan pula sejarah pinjaman si borrower itu. Jika histori pinjaman borrower terlihat mencurigakan, bahkan sering sekali terlambat bayar, maka itu sudah menjadi red flag agar lender mencari borrower lain yang histori pinjamannya lebih bagus," tutupnya. 

Selain itu, lakukan diversifikasi lewat memilih beberapa borrower dengan profil risiko dan jenis usaha yang berbeda. Jangan hanya menaruh uang secara penuh kepada satu borrower

Terakhir, pantau terus bagaimana tingkat keberhasilan bayar 90 hari (TKB90) dari platform P2P Lending terkait. Apabila angkanya kurang dari 90 persen, artinya keterlambatan bayar mencapai 10 persen dari total, sehingga mengindikasikan P2P Lending tersebut terbilang kurang cermat memilih borrower apik untuk ditawarkan.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper