Bisnis.com, JAKARTA - Manajemen PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) menginformasikan penjualan saham BBCA yang dilakukan oleh Presiden Komisaris Jahja Setiaatmadja.
Dalam keterbukaan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (15/8/2025), manajemen BCA menyebut transaksi penjualan tersebut berlangsung pada 12 Agustus 2025.
Jumlah saham yang ditransaksikan sebanyak satu juta saham dengan harga per saham Rp8.750. Dengan demikian, Jahja mendapatkan Rp8,75 miliar dari transaksi penjualan tersebut. "Tujuan transaksi diversifikasi portofolio," tulis manajemen BCA.
Jumlah kepemilikan saham perseroan yang dimiliki Jahja pun menyusut dari 35,80 juta saham (0,03%) menjadi 34,80 juta saham (0,03%). Status kepemilikan BBCA tersebut langsung dengan klasifikasi saham biasa.
Pada perdagangan hari ini, BBCA terpantau parkir pada zona merah dengan pelemahan 0,85% atau 75 poin menjadi 8.700 per saham usai dibuka pada level 8.825 per saham.
Sepanjang semester I/2025 BCA dan entitas anak mengumumkan laba bersih konsolidasi senilai Rp29 triliun atau naik 8% secara tahunan (YoY).
"Kredit tumbuh 12,9% YoY menjadi Rp959 triliun per Juni 2025 didukung pertumbuhan penyaluran di berbagai segmen dan terjaganya kondisi likuiditas perseroan," ujar Presiden Direktur BCA Hendra Lembong dalam konferensi pers kinerja keuangan pada Rabu (30/7/2025).
Hendra menyampaikan BCA senantiasa menyalurkan kredit secara pruden, mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dengan disiplin dalam menerapkan manajemen risiko.
Secara rinci, kredit korporasi BCA tumbuh 16,1% YoY mencapai Rp451,8 triliun per Juni 2025. Kredit komersial naik 12,6% YoY menjadi Rp143,6 triliun, dan kredit UKM meningkat 11,1% YoY hingga Rp127 triliun. Ditopang pertumbuhan KPR sebesar 8,4% menjadi Rp137,6 triliun, dan kredit kendaraan bermotor (KKB) 5,2% mencapai Rp65,4 triliun, total pertumbuhan kredit konsumer mencapai 7,6% YoY hingga Rp226,4 triliun.
Sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit, rasio loan at risk (LAR) BCA terjaga pada level 5,7% sepanjang semester I/2025, membaik dari 6,4% pada tahun sebelumnya. Rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) terkelola pada level 2,2%. Pencadangan NPL dan LAR memadai, masing-masing 167,2% dan 68,7%.
Selain itu, BBCA membukukan pertumbuhan himpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 5,7% YoY menjadi Rp1.190 triliun per Juni 2025. Jenis simpanan giro dan tabungan atau dana murah berkontribusi sebesar 82,5% dari total simpanan perseroan. Dana murah perseroan tersebut tumbuh 7,3% YoY mencapai Rp982 triliun.