Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) atau BTN berbicara perihal persaingan bisnis dengan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) alias BSI. Hal ini menyusul diumumkannya proses akuisisi BTN terhadap PT Bank Victoria Syariah baru-baru ini.
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menjelaskan bahwa dengan adanya proses akuisisi sekaligus pemisahan (spin-off) Unit Usaha Syariah (UUS) BTN menjadi bank syariah tersendiri, maka segmen nasabah syariah akan dapat lebih terlayani.
“Setidaknya ada 2 BUMN yang bergerak di bidang perbankan syariah karena yang mau dilayani ini besar. Jadi, tolong dilihat bahwa kuenya ini gede banget,” katanya kepada wartawan di kantor Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Selasa (21/1/2025).
Baca Juga : Profil Suzanna Tanojo, Pengendali Induk Bank Victoria Syariah (VICO) yang Diakuisisi BTN |
---|
Dia mencontohkan bahwa selama ini BTN lebih dominan memberikan layanan dalam bidang perumahan, yang mana BSI belum banyak berkecimpung.
Hal ini menunjukkan perbedaan pasar yang disasar oleh kedua bank tersebut. Menurut Nixon, adanya kompetisi layanan perbankan ini menjadi sinyal positif bagi masyarakat selaku konsumen.
“Malah bagus kan buat masyarakat. Kalau ada kompetisi layanan, maka layanan akan membaik. Harganya juga akan lebih kompetitif,” sambungnya.
Ketika ditanya perihal dampak akuisisi BTN terhadap pangsa pasar (market share) perbankan syariah nasional, Nixon berharap agar aksi korporasi ini dapat membantu penguatan pasar.
Pegawai melayani nasabah di kantor cabang BTN Syariah di Jakarta, Selasa (2/7/2024). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Calon bank syariah hasil aksi korporasi BTN ini nanti diperkirakan akan mengisi kekosongan bank syariah di Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI) 2, sebab BSI telah menempati KBMI 3 selagi bank syariah lainnya berada di KBMI 1.
“Sekarang kan cuma BSI yang bank BUKU [KBMI] 3, bank umum syariah sisanya langsung BUKU 1, di tengah-tengahnya enggak ada. Begitu lahir, kami minimal bank BUKU 2, yang kita harapkan enggak lama kemudian bisa [naik ke] BUKU 3,” pungkasnya.
Adapun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat aset industri perbankan syariah Tanah Air sebesar Rp935,42 triliun per November 2024. Jumlah tersebut setara dengan 7,45% dari total aset perbankan nasional, tak mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae memaparkan bahwa bisnis bank syariah Tanah Air saat ini cenderung didominasi oleh satu entitas. BSI diketahui menjadi bank syariah terbesar di Tanah Air sejak merger tiga UUS bank pelat merah rampung pada 2021.
“Sehingga ini tentu tidak kondusif untuk persaingan antarbank syariah sendiri maupun persaingan antara bank syariah dengan bank konvensional,” katanya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK bulanan, Selasa (7/1/2024).
Dia melanjutkan bahwa untuk mengatasi situasi tersebut, OJK saat ini berupaya mendorong terjadinya konsolidasi di perbankan syariah, dengan melakukan pendekatan kepada berbagai pihak.
Dian menyebut bahwa pihaknya masih melihat langkah konsolidasi yang akan dilakukan sejumlah bank syariah, terutama melalui aksi korporasi berupa spin-off, merger, ataupun akuisisi.
“Hadirnya bank syariah dalam skala lebih besar kita harapkan akan meningkatkan daya saing, serta dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pembangunan perekonomian Indonesia,” ujarnya.