Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren PHK Massal, Pengamat: Usia Produktif Kompak Gagal Bayar Pinjol

Celios menyoroti bagaimana hubungan fenomena maraknya PHK dengan kredit macet pinjaman online yang didominasi usia produktif gagal bayar.
Ilustrasi P2P Lending. /Freepik.com
Ilustrasi P2P Lending. /Freepik.com

Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda menyoroti bagaimana hubungan fenomena maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan kredit macet pinjaman online atau P2P lending yang didominasi usia produktif.

Sepanjang 2024, pemerintah mencatat ada 77.965 orang mengalami PHK. Jumlah tersebut meningkat 20,2% dibanding 2023 yang tercatat mencapai 64.855 tenaga kerja. Dalam periode yang sama, outstanding pinjaman macet P2P lending lebih dari 90 hari meningkat 14,8% YoY menjadi sebesar Rp2,01 triliun.

"Ketika marak PHK, pendapatan masyarakat kurang, daya beli melemah, sedangkan kebutuhan primer masih mengalami kenaikan, maka masyarakat akan melakukan pembiayaan. Salah satu pembiayaan yang melejit adalah pinjaman daring," kata Huda, Rabu (26/3/2025). 

Adapun bila diklasifikasikan berdasarkan usia, pinjaman macet perorangan dikontribusikan terbesar dari peminjam berusia 19-34 tahun dengan nominal pinjaman macet sebesar Rp779,73 miliar. 

Sedangkan, jika ditinjau dari peningkatan terbesar maka pinjaman macet dari peminjam berusia di atas 54 tahun tumbuh paling tinggi yaitu 104% YoY menjadi Rp94,87 miliaar.

"Saya melihat ada pergeseran karakteristik peminjam gagal bayar dari peminjam muda ke peminjam usia produktif dan usia lanjut. Alasannya tidak lain adalah pemenuhan kebutuhan akibat pendapatan berkurang. Ketika pendapatan terbatas dan ada pembiayaan, maka yang terjadi adalah potensi gagal bayar. Usia produktif [19-34 tahun] ini juga lagi tinggi kebutuhannya mengingat kenaikan gaji terbatas, bahkan hilang," ujarnya.

Sedangkan untuk usia lanjut, kata Huda, mereka tidak mempunyai angka financial inclusion yang baik sehingga ketika mereka pensiun dan tidak ter-cover dana pensiun nasional, mereka mengandalkan pembiayaan alternatif salah satunya ke pinjaman daring.

"Sampai saat ini cakupan dana pensiun di Indonesia masih sangat rendah. Dari 130-an juta pekerja di Indonesia, baik formal dan informal, hanya sekitar 4 juta pekerja saja yang mengikuti program dana pensiun. Ya sudah pasti ketika pensiun, mereka gak ada pendapatan rutin bulanan lagi, meminjam di pindar jadi solusi mereka," pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper