Bisnis.com, JAKARTA — PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan perusahaan leasing alias sektor multifinance akan menjadi kontributor utama dalam penerbitan surat utang korporasi sepanjang 2025.
Tren penerbitan yang kuat sejak awal tahun menjadi indikator positif bahwa multifinance akan tetap menjadi motor penggerak pasar obligasi domestik.
Ahmad Nasrudin, Fixed Income Analyst Pefindo menyampaikan meskipun tren penerbitan bisa bersifat musiman mengikuti pola jatuh tempo, sektor multifinance tetap akan mendominasi aktivitas di pasar surat utang.
“Multifinance tetap akan menjadi motor bagi penerbitan surat utang, bahkan sama seperti tahun-tahun sebelumnya, di mana penerbitan surat utang oleh multifinance selalu menjadi yang terbesar dibandingkan dengan penerbitan dari industri lainnya,” kata Ahmad kepada Bisnis, Senin (21/4/2025).
Dia mengatakan hingga akhir tahun total penerbitan surat utang diperkirakan akan sejalan dengan tahun sebelumnya. Namun, menurutnya, pola penerbitan ke depan akan mengikuti musim jatuh tempo. Oleh karena itu, volume penerbitan pada kuartal-kuartal berikutnya bisa lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan kuartal pertama 2025.
Penilaian positif terhadap prospek penerbitan surat utang oleh sektor multifinance, kata Ahmad, ditopang oleh tiga faktor utama. Pertama, tingginya nilai jatuh tempo surat utang yang mendorong kebutuhan refinancing.
Baca Juga
“[Pertama] angka jatuh tempo yang besar mendorong kebutuhan refinancing tetap tinggi. Nilai jatuh tempo di 2025 mencapai Rp30,60 triliun. Jatuh tempo memuncak pada kuartal III/2025 dengan nilai Rp10,01 triliun. Dengan tingginya jatuh tempo tersebut, saya percaya beberapa perusahaan multifinance akan tetap melakukan refinancing surat utang mereka,” jelasnya.
Sektor |
Kuartal I/2025 |
Kuartal II/2025 |
Kuartal III/2025 |
Kuartal IV/2025 |
Total |
Multifinance |
Rp8,6 triliun |
Rp5,3 triliun |
Rp10 triliun |
Rp6,5 triliun |
Rp30,6 triliun |
Bank |
Rp2,3 triliun |
Rp7 triliun |
Rp6,38 triliun |
Rp8,3 triliun |
Rp24,06 triliun |
Telekomunikasi |
Rp3,2 triliun |
Rp2,96 triliun |
Rp2,9 triliun |
Rp2,8 triliun |
Rp11,89 triliun |
Konstruksi |
Rp1,2 triliun |
Rp1,58 triliun |
NA |
Rp1,4 triliun |
Rp4,22 triliun |
Pulp and Paper |
Rp5,3 triliun |
Rp3,53 triliun |
Rp5,1 triliun |
Rp7,9 triliun |
Rp21,9 triliun |
Properti |
Rp211 miliar |
Rp713 miliar |
Rp1,4 triliun |
Rp175 miliar |
Rp2,4 triliun |
Lainnya |
Rp16,1 triliun |
Rp6,53 triliun |
Rp26 triliun |
Rp17,2 triliun |
Rp65,9 triliun |
Kedua, asumsi bahwa bisnis pembiayaan masih akan mencatatkan pertumbuhan positif juga menjadi dasar optimisme terhadap prospek penerbitan.
“Meski mungkin lebih rendah, pertumbuhan pembiayaan dapat menjadi faktor pendorong bagi penerbitan surat utang oleh multifinance,” ujar Ahmad.
Dia merujuk pada proyeksi Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) yang memperkirakan piutang pembiayaan tumbuh 7%-8% pada 2025. Faktor ketiga yang mendukung pandangan tersebut adalah adanya mandat pemeringkatan dari sejumlah perusahaan multifinance.
“Pefindo juga telah menerima mandat pemeringkatan dari 10 multifinance dengan nilai Rp14,80 triliun per akhir kuartal I/2025. Kami mengharapkan nilai tersebut akan direalisasikan dalam beberapa bulan ke depan,” ungkapnya.
Data Pefindo mencatat bahwa pada kuartal I/2025, geliat sektor multifinance di pasar surat utang mulai terlihat signifikan. Terdapat enam perusahaan multifinance yang menerbitkan obligasi dengan total nilai Rp8,3 triliun, terdiri dari obligasi konvensional senilai Rp6,7 triliun dan sukuk sebesar Rp1,6 triliun.
Angka ini mencatat perkembangan positif dibandingkan periode yang sama tahun lalu, di mana tidak ada satu pun perusahaan multifinance yang menerbitkan obligasi.
Secara keseluruhan, dari seluruh sektor, tercatat 29 perusahaan yang menerbitkan obligasi senilai total Rp46,7 triliun pada kuartal pertama tahun ini. Sektor multifinance menempati posisi ketiga terbesar setelah sektor pulp dan kertas (Rp13,2 triliun) dan pertambangan (Rp9,2 triliun).