Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia mengklaim minat investor asing terhadap instrumen keuangan Indonesia terjaga tinggi meski capaian ekonomi pada kuartal I/2025 tumbuh lebih lambat dari konsensus.
Erwin Gunawan Hutapea, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia (BI) menyampaikan hal tersebut tercermin dari kinerja aliran modal asing yang tetap mengalir ke Tanah Air.
Khususnya dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang mencatatkan aliran masuk (inflow).
“Artinya, pelaku pasar tetap melihat kondisi ekonomi di Indonesia, meski di bawah konsensus, tapi 4,87% masih cukup tinggi bagi investor,” ujarnya dalam Taklimat Media di Gedung Thamrin BI, Rabu (7/5/2025).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I/2025 longsor ke bawah 5% alias menjadi 4,87% secara tahunan atau year on year (YoY).
Angka tersebut lebih rendah dari ekspektasi pasar di angka 4,92% maupun target pemerintah yang sebesar 5,2% untuk tahun ini.
Baca Juga
Erwin menjelaskan bahwa penerbitan SRBI memang utamanya memiliki tugas untuk menarik masuknya aliran modal asing.
Tercatat per 21 April 2025, kontribusi nonresiden di pasar SRBI mencapai 24% atau mencakup Rp209,9 triliun. Kondisi ini mendorong pendalaman di pasar uang yang terindikasi dari kenaikan volume repo dan SRBI sekunder.
Pada periode yang sama, posisi atau outstanding SRBI mencapai Rp881,86 triliun, terdiri dari bank yang memegang 63% SRBI senilai Rp555,65 triliun.
Kemudian diikuti nonbank yang memegang SRBI senilai Rp290,83 triliun. Lalu, investor dalam negeri mencakup 9% atau Rp80,93 triliun, serta investor lainnya mencakup 4% atau Rp35,38 triliun.
Sementara berdasarkan data transaksi 28–30 April 2025, secara agregat nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp4,15 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp0,01 triliun di pasar saham dan beli neto sebesar Rp0,22 triliun di pasar SBN, serta sebesar Rp3,95 triliun di SRBI.
Sepanjang tahun 2025 atau secara year-to-date (YtD), berdasarkan data setelmen hingga 30 April 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp49,56 triliun di pasar saham dan sebesar Rp12,05 triliun di SRBI, serta beli neto sebesar Rp23,01 triliun di pasar SBN.
Kepercayaan investor tersebut pun sejalan dengan kinerja rupiah yang menguat dan memberikan keyakinan bagi investor untuk memarkirkan dananya di Indonesia.
Dalam satu bulan terakhir, rupiah yang sempat mencapai posisi tertingginya di pasar spot senilai Rp16.891 per dolar AS pada 8 April 2025 perlahan menguat ke bawah Rp16.500-an per dolar AS pada awal bulan ini.
Meski demikian, pada hari ini di pasar spot, rupiah terdepresiasi 0,53% ke level Rp16.536 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS mengalami penguatan tipis 0,03% ke level 99,42 pada saat bersamaan.
“Kami akan tetap selalu berada di pasar untuk menjaga agar pelaku pasar tetap percaya, tetap mau bertransaksi, dan kalau pun ada pembelian tetap bisa terfasilitasi,” ujarnya.