Bisnis.com, JAKARTA — PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) mencatatkan kinerja positif hingga April 2025 dengan total penyaluran pembiayaan baru sebesar Rp3,65 triliun.
Angka ini mengalami kenaikan 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp3,17 triliun.
Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman mengungkapkan bahwa sektor kendaraan bekas menjadi kontributor terbesar dalam pembiayaan baru tersebut.
“Sektor yang mendominasi pertumbuhan penyaluran pembiayaan di CNAF adalah penyaluran pembiayaan kendaraan bekas mencapai 66% atau sekitar Rp2,39 triliun dari total penyaluran pembiayaan baru di CNAF, diikuti oleh pembiayaan kendaraan baru sebesar 24% mencapai Rp882,2 miliar dan refinancing sebesar 10% yakni Rp373,1 miliar,” kata Ristiawan kepada Bisnis, pada Rabu (14/5/2025).
Meskipun masih tumbuh double digit, Ristiawan mengakui bahwa permintaan pasar pada empat bulan pertama tahun ini cukup menantang. Berdasarkan data Gaikindo, penjualan ritel mobil sepanjang Januari—April 2025 mengalami penurunan sebesar 3,2%, dari 58.890 unit menjadi 57.031 unit pada April 2025.
“Hal tersebut dikarenakan adanya penurunan daya beli konsumen serta ketidakpastian makroekonomi turut menjadi salah satu faktor penyumbang perlambatan ekonomi saat ini,” katanya.
Baca Juga
Tantangan lain yang dihadapi CNAF adalah sikap wait and see dari konsumen akibat tingginya suku bunga. Ristiawan mengatakan CNAF melihat bahwa konsumen cenderung akan menunda untuk melakukan pembiayaan salah satunya karena suku bunga yang masih bertahan cukup tinggi, di mana hal ini turut berdampak ke besaran angsuran yang akan dibayarkan oleh mereka.
Menurutnya, faktor-faktor seperti ketidakpastian makroekonomi, penurunan daya beli, dan perang tarif dagang telah memberikan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi, termasuk ke sektor pembiayaan. Kondisi ini berdampak pada kemampuan bayar nasabah.
Menghadapi situasi tersebut, CNAF menerapkan langkah kehati-hatian dan strategi adaptif untuk menjaga kualitas portofolio.
“CNAF menyikapi kondisi ini untuk lebih berhati-hati dalam menjalankan bisnis dan menjadikan kondisi ini sebagai kesempatan untuk berinovasi dan fleksibel dalam menghadapi gejolak market yang tidak pasti,” kata Ristiawan.
CNAF menerapkan prinsip risk based pricing dan application score untuk menilai risiko calon nasabah. “Acceptance criteria calon nasabah dipengaruhi oleh hasil dari skor itu sendiri [skor yang low risk akan lebih mudah untuk mendapatkan approval daripada yang high risk],” tuturnya.
Ke depan, CNAF menargetkan total penyaluran pembiayaan baru sepanjang 2025 mencapai Rp9,5 triliun. Untuk itu, perusahaan akan terus memperkuat sinergi dengan induk usahanya, PT Bank CIMB Niaga Tbk., dengan menyasar nasabah eksisting melalui strategi cross selling, repeat order, dan additional order.
“Diharapkan, strategi adaptasi tersebut dapat menggenjot pertumbuhan portofolio bisnis CNAF yang sehat dan berkelanjutan,” tutup Ristiawan.