Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) buka suara terkait dengan gangguan yang terjadi pada aplikasinya yakni BYOND yang sempat mengalami gangguan.
Corporate Secretary BSI Wisnu Sunandar menyampaikan BSI sedang melakukan optimalisasi layanan seiring dengan terjadi kenaikan transaksi lewat aplikasi BYOND.
"Optimalisasi layanan dilakukan karena terjadi peningkatan transaksi sehingga sebagai antisipasi dilakukan proses peningkatan kualitas layanan," kata Wisnu dalam keterangannya yang didapatkan Bisnis, Senin (2/6/2025).
Namun hingga berita ini ditulis, layanan aplikasi BYOND sudah berjalan normal. Wisnu menyampaikan nasabah sudah bisa kembali mengakses seluruh fitur dan bertransaksi menggunakan BYOND by BSI dengan lancar.
‘’Kami sangat menghargai kesabaran dan pengertian Nasabah selama proses peningkatan layanan dilakukan. BSI menghargai loyalitas dan memohon maaf atas ketidaknyamanan nasabah," tuturnya.
Gangguan yang terjadi layanan digital BSI tidak hanya sekali terjadi. Menurut catatan Bisnis pada 2023, layanan di BSI sempat mengalami gangguan atau error sepekan. Kejadian ini berdampak besar bagi nasabah, khususnya warga Aceh
Sebagaimana diketahui, BSI sendiri memang mempunyai pangsa pasar yang besar di Aceh. Hal ini didorong oleh pemberlakuan Qanun No.11 tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah di Aceh yang berisi ketentuan hanya bank syariah yang dapat beroperasi di Aceh.
Pengusaha SPBU hingga LPG di Aceh misalnya tidak bisa melakukan penebusan minyak dan gas ke Pertamina akibat layanan sistem dari BSI eror sejak Senin (8/5/2023) hingga Kamis (11/5/2023).
Saat itu, kabar mencuat bahwa BSI sempat terindikasi mendapatkan serangan siber ransomware. Induk perusahaan yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menyampaikan usai pihaknya mengikuti investigasi atas serangan BSI beberapa waktu lalu, diungkapkan bahwa sosok penyerangnya bukanlah dari wilayah Indonesia, justru datang dari LockBit 3.0 Rusia.
Serangan yang terjadi pada BSI saat itu dimulai dengan penetrasi melalui perangkat keamanan dengan pengaturan default umum yang masih aktif, yang memungkinkan akses ke dalam sistem BSI dan melakukan pergerakan lateral.
Kemudian, penyerang berhasil men-deploy alias menjalankan perangkat lunak berbahaya, yakni e-logger untuk mencari akses ke pengguna aktif, terutama administrator.
Lalu pada Februari 2025, BYOND kembali mengalami gangguan. Wisnu Sunandar saat itu mengatakan proses pembaruan sistem layanan elektronik yang sempat menyebabkan gangguan akses aplikasi tersebut telah rampung.