Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan asuransi umum, PT Asuransi Asei Indonesia mengalami penurunan premi asuransi kredit yang signifikan dalam periode Januari-Juni 2025.
Direktur Utama Asei Indonesia Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe mengatakan perolehan premi asuransi kredit Asei dalam periode Januari-Juni 2025 bahkan hanya sebesar 20% dari perolehan premi asuransi kredit dalam periode Januari-Juni 2024.
"Dalam presentase kita baru bisa bukukan premi asuransi kredit sekitar 20% dibandingkan 2024. Januari-Juni 2025 dibandingkan Januari-Juni 2024, itu kita baru sekitar seperempatnya, sekitar 20%. Kita sedang transformasi portofolio. Yang kemarin belum sesuai POJK 20/2023, itu yang turun," ujarnya kepada Bisnis di kompleks DPR RI, Selasa (1/6/2025).
Dalam POJK 20/2023 salah satunya mengatur ekuitas minimum Rp250 miliar dan rasio likuiditas paling sedikit 150% bagi perusahaan asuransi yang memasarkan produk asuransi kredit. Dalam hal ini, Dody menegaskan Asei sudah memenuhi persyaratan tersebut sehingga Asei komitmen untuk menjalankan amanat POJK 20/2023.
Menurut Dody, yang menjadi persoalan adalah dari pihak kreditur masih beradaptasi dengan ketentuan co-sharing. Sebagaimana diketahui, POJK 20/2023 juga mengatur bahwa ada pembagian risiko sebesar 25% yang harus tetap ditanggung oleh pihak kreditur dalam penutupan asuransi kredit.
"Dari pihak krediturnya mungkin [masih adaptasi], karena ini POJK yang baru ini belum sepenuhnya bisa menyerap [mengaplikasikan] itu. Contohnya risk sharing, itu kan 75% banding 25%. Dulu kan tidak ada," katanya.
Baca Juga
Kondisi tersebut membuat premi asuransi kredit Asei terhambat, sedangkan di sisi lain klaim-klaim dari penutupan asuransi kredit sebelum adanya ketentuan co-sharing di POJK 20/2023 berlaku terus berjalan.
Kondisi tersebut, dilihat Dody juga terjadi pada kinerja asuransi kredit secara industri. Dalam kuartal I/2025, rasio klaim asuransi kredit pada Januari-Maret 2025 membesar menjadi 90,3%. Dalam periode ini, premi asuransi kredit hanya tumbuh 0,3% Year-on-Year (YoY) menjadi Rp3,98 triliun, sedangkan klaimnya melejit 8,3% YoY menjadi Rp3,59 triliun.
"Makannya kalau dilihat perbandingannya, preminya ya tidak tumbuh tapi klaim masih tetap menyesuaikan yang lama. Ini yang ditanyakan tadi [rasio klaim asuransi kredit melonjak], klaim naik [rasionya] ya karena preminya tidak tumbuh," ucapnya.
Dody melanjutkan, meskipun premi asuransi kredit Asei dalam enam bulan pertama 2025 terpangkas cukup tajam, namun Asei optimis pendapatan premi dari lini usaha asuransi kredit di akhir 2025 nanti bisa melampaui capaian 2024.
Faktor yang membuat Asei cukup yakin adalah saat ini pihak perbankan mulai pelan-pelan menyesuaikan diri dengan ketentuan baru co-sharing. Di samping itu, Asei sendiri saat ini sedang dalam proses transformasi portofolio asuransi kredit.
Dody menjabarkan, pada 2022-2023 portofolio asuransi kredit di Asei mencakup porsi paling besar 60-70%. Mesksi besar, penutupan asuransi kredit tersebut terkonsentrasi hanya pada satu tertanggung. Hal ini membuat negosiasi Asei dengan kreditur tergantung pada pihak teranggung. Alhasil, pada 2025 ini asuransi kredit Asei terkoreksi cukup dalam.
"Transformasi ini yang kita lakukan di 2024, tapi masih belum deal. Mudah-mudahan di semester II ini akan recover. Transformasi kami adalah melakukan penyebaran risiko asuransi kredit. Ini yang kemarin dalam proses belum selesai, dan di semester II/2025 diharapkan bisa recover," tuturnya.