Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peluncuran Kopdes Merah Putih dan Tantangan Bank Himbara

Tantangan likuiditas dinilai perlu diperhatikan secara hati-hati oleh Bank BUMN dalam upayanya mendukung program Koperasi Desa Merah Putih.
Pengunjung mengamati produk yang dijual di gerai Koperasi Kelurahan Merah Putih Melawai, Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta, Senin (21/7/2025). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Pengunjung mengamati produk yang dijual di gerai Koperasi Kelurahan Merah Putih Melawai, Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta, Senin (21/7/2025). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Ringkasan Berita
  • Presiden Prabowo Subianto meresmikan program Koperasi Desa Merah Putih di Klaten, yang diharapkan dapat mendukung ekonomi kerakyatan melalui pengelolaan koperasi yang profesional.
  • Bank-bank BUMN seperti BRI dan Bank Mandiri menyambut program ini dengan inisiatif strategis, namun perlu memperhatikan tantangan likuiditas dan pengelolaan koperasi yang baik.
  • Kinerja keuangan bank Himbara menunjukkan tekanan, dengan beberapa bank mengalami penurunan laba bersih, sehingga kehati-hatian dalam mendukung koperasi menjadi penting untuk menjaga stabilitas keuangan.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Program Koperasi Desa Merah Putih telah diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto di Kabupaten Klaten pada hari ini, Senin (21/7/2025). 

Peresmian ini menjadi perhatian bagi perbankan nasional, khususnya bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). 

Di tengah fluktuasi kinerja keuangan bank pelat merah, program koperasi ini disambut dengan berbagai inisiatif strategis seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI). Namun, tantangan likuiditas dinilai perlu diperhatikan secara hati-hati.

Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai bahwa keberadaan Koperasi Merah Putih merupakan program strategis yang selaras dengan semangat ekonomi kerakyatan. 

Dia menekankan pentingnya pengelolaan koperasi yang profesional dan tata kelola yang baik agar program ini dapat berjalan berkelanjutan dan memberikan dampak positif bagi bank-bank yang menjadi mitra pendukung.

"Harapannya adalah pengelolaan koperasi ini dapat dilakukan secara profesional dan menerapkan tata kelola yang baik sehingga dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan," ujar Trioksa kepada Bisnis

Namun, dia menegaskan bahwa dari sisi likuiditas, perlu ada kajian ulang dari perbankan BUMN agar dukungan terhadap koperasi tidak mengganggu stabilitas keuangan internal bank itu sendiri. 

Peluncuran Kopdes Merah Putih dan Tantangan Bank Himbara

Presiden Prabowo Subianto saat peresmian 80.000 Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih di Klaten, Jawa Tengah, Senin (21/7/2025)/Bisnis-Akbar Evandio

"Untuk likuiditas perlu dikaji kembali oleh bank-bank BUMN sehingga dukungan terhadap kopdes ini juga memperhatikan kondisi likuiditas bank," tegasnya.

Seiring dengan peresmian Koperasi Desa Merah Putih, Direktur Utama BRI Hery Gunardi menyampaikan bahwa sejak awal program ini digagas, perseroan telah menyiapkan skema pembiayaan yang sehat dan berisiko rendah. 

Skema pembiayaan disusun menyesuaikan kebutuhan modal kerja berdasarkan skala usaha (kecil, menengah, atau besar) dan estimasi omzet bisnis koperasi.

Tantangan Besar dalam Pengelolaan Koperasi

Namun, Hery mengakui masih ada tantangan besar dalam pengelolaan koperasi di lapangan, terutama terkait kapasitas manajerial dan transparansi pencatatan keuangan. 

Untuk itu, BRI mengandalkan keberadaan Rumah BUMN dan Desa BRILiaN sebagai rumah inkubator pendampingan usaha bagi pengurus koperasi. Dukungan juga diberikan dalam bentuk pelatihan pencatatan pembukuan, pengelolaan arus kas, dan tata kelola profesional.

Selain itu, BRI juga berupaya mengangkat potensi produk lokal koperasi dengan memfasilitasi ekspansi pasar melalui mekanisme business matching. BRI turut memaksimalkan peran lebih dari 1,2 juta AgenBRILink di seluruh Indonesia, untuk memperluas layanan keuangan koperasi dalam bentuk setor dan tarik tunai, pembayaran tagihan, dan layanan keuangan lainnya.

“Bank tidak hanya memberikan akses pembiayaan, tapi juga bisa me-leverage bisnis yang ada. Misalnya, di desa mereka memiliki produksi kerajinan atau produk spesifik yang ingin diekspor, BRI bisa memfasilitasi melalui mekanisme business matching,” ujar Hery.

Sementara itu, Bank Mandiri juga berperan aktif dalam menyambut peluncuran program KDKMP secara nasional pada akhir Juli 2025. Corporate Secretary Bank Mandiri M. Ashidiq Iswara mengatakan bahwa Bank Mandiri menjadi mitra strategis Kementerian Koordinator Bidang Pangan, dengan menyediakan pelatihan dan pendampingan kelembagaan bagi koperasi desa.

Peluncuran Kopdes Merah Putih dan Tantangan Bank Himbara

Warga berada di Klinik dan Apotek Desa Koperasi Merah Putih Desa Cangkuang Wetan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (20/5/2025). Bisnis/Rachman

Menurutnya, Koperasi Merah Putih didesain sebagai lembaga multifungsi yang mengelola unit usaha penting, mulai dari penyediaan sembako hingga layanan perbankan digital yang terhubung langsung dengan sistem Bank Mandiri. 

Komitmen ini juga ditunjukkan lewat pelatihan kepada lebih dari 2.000 pengurus koperasi, yang mencakup literasi keuangan, tata kelola organisasi, dan kewirausahaan.

“Melalui sinergi ini, kami ingin memastikan setiap koperasi memiliki kelembagaan yang tangguh dan SDM yang siap beradaptasi,” kata Ashidiq. 

Kinerja Himbara

Di tengah geliat dukungan terhadap koperasi, kinerja keuangan bank-bank Himbara per Mei 2025 menunjukkan tekanan yang patut dicermati. BRI mencatatkan penurunan laba bersih hingga 14,87% secara tahunan menjadi Rp18,65 triliun, dari sebelumnya Rp21,9 triliun. 

Pendapatan bunga bersih BRI turun tipis 0,79% menjadi Rp45,48 triliun, sementara beban operasional melonjak 18,93% menjadi Rp21,92 triliun. Kredit BRI masih tumbuh 5,01% YoY menjadi Rp1.262,72 triliun dengan aset naik menjadi Rp1.893,38 triliun.

Sementara, Bank Mandiri mencatat laba bersih Rp19,65 triliun hingga Mei 2025, tumbuh tipis 0,13% YoY. Pendapatan bunga bersih naik 4,2% menjadi Rp31,7 triliun dan pendapatan berbasis komisi tumbuh 13,21% menjadi Rp7,53 triliun. 

Namun, beban operasional meningkat signifikan dari Rp6,25 triliun menjadi Rp7,58 triliun. Kredit yang disalurkan mencapai Rp1.309,68 triliun, tumbuh 13,63% YoY, dengan total aset Rp1.922,57 triliun dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 8,54% menjadi Rp1.406,84 triliun.

Kinerja yang tidak seragam juga terlihat pada anggota Himbara lainnya. BNI mengalami penurunan laba 1,34% YoY menjadi Rp8,45 triliun, sedangkan BTN mencatatkan peningkatan laba 3,31% menjadi Rp1,20 triliun, meski dibarengi dengan lonjakan beban operasional, termasuk impairment yang naik lebih dari dua kali lipat.

Melihat kondisi tersebut, kehati-hatian dalam mendukung koperasi menjadi penting. Pengamat dan pelaku industri menekankan bahwa kesuksesan koperasi sangat bergantung pada struktur kelembagaan yang tepat dan manajemen profesional. 

Anggota Dewan Pakar Apindo Anton J. Supit menekankan bahwa kesuksesan koperasi sangat bergantung pada tata kelola yang profesional dan transparan. 

“Kita yakin bahwa ini merupakan amanat konstitusi dan semangat ekonomi kerakyatan yang terus digaungkan oleh pemerintahan. Dengan struktur kelembagaan yang tepat dan pendekatan yang menyeluruh, koperasi ini berpeluang besar untuk berhasil dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat desa,” sebutnya. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro