Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan pergadaian swasta semakin banyak. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per Mei 2025 jumlah perusahaan pergadaian swasta mencapai 200 perusahaan, bertambah 38 entitas baru dalam 12 bulan terakhir.
Pengamat BUMN dan dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Toto Pranoto melihat kemudahan membuka bisnis gadai menjadi salah satu faktor jumlah pergadaian swasta tumbuh pesat.
"Gadai swasta menjamur karena kemudahan regulasi. Hanya perlu modal disetor Rp2 miliar sesuai regulasi OJK bisa buka kantor gadai swasta di lingkup kabupaten/kota," kata Toto kepada Bisnis, Selasa (22/7/2025).
Adapun persyaratan mendirikan usaha pergadaian diatur di dalam Peraturan OJK Nomor 39 Tahun 2024. Beleid ini mengatur perusahaan pergadaian swasta harus memiliki modal disetor pada saat pendirian paling sedikit Rp2 miliar untuk wilayah usaha dalam lingkup kabupaten/kota.
Sementara untuk wilayah usaha dalam lingkup provinsi, modal disetor yang perlu disiapkan mencapai Rp8 miliar. Untuk lingkup wilayah usaha nasional modal disetor paling sedikit Rp100 miliar.
Adapun jika merujuk kinerja industri secara agregat, penyaluran pinjaman gadai per Mei 2025 tumbuh 33,23% YoY menjadi Rp103,36 triliun, dengan proporsi penyaluran pinjaman terbesar dari PT Pegadaian (Persero) mencapai 96,59%. Ini artinya, ceruk pasar pergadaian swasta hanya di bawah 5%.
Baca Juga
Toto melihat pertumbuhan pasar yang positif itu menjadi sinyal bahwa pergadaian masih menjadi alternatif terbaik bagi masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan jangka pendek.
"Apalagi kemudahan teknologi mempercepat proses transaksi. Demikian pula harga emas yang terus meningkat bisa menarik minat konsumen yang butuh dana likuid. Dalam kondisi ekonomi sulit saat ini, pergadaian masih bisa diandalkan oleh masyarakat, terutama level grassroot," ujarnya.
Sementara jika membedah kinerja pergadaian swasta antara konvensional dan syariah, data terbaru OJK dalam kuartal I/2025 menunjukkan laba setelah pajak pergadaian swasta konvensional mengalami koreksi 47,36% YoY jadi Rp17,88 miliar.
Toto menjelaskan bahwa laba gadai swasta relatif terbatas karena struktur biaya yang tinggi, termasuk lebih tinggi dibanding perusahaan pergadaian milik negara.
"Misalnya komponen cost of fund yang bisa jadi lebih tinggi dibandingkan PT Pegadaian. Demikian pula aspek operasi yang tidak memenuhi skala ekonomi membuat biaya tinggi, sehingga profit menjadi relatif rendah," jelasnya.
Sebenarnya, pendapatan pegadaian swasta konvensional dalam kuartal I/2025 tumbuh 24% YoY menjadi Rp355,31 miliar. Namun, di saat yang sama total beban juga melesat 33,34% YoY menjadi Rp335,64 miliar.
Sebaliknya, pergadaian swasta syariah dalam kuartal I/2025 mencatat laba komprehensif tahun berjalan tumbuh 12,83% YoY menjadi Rp1,71 miliar, dengan total pendapatan yang tumbuh 36,43% YoY menjadi Rp6,29 miliar.
"Gadai syariah bisa lebih menarik minat konsumen muslim karena prinsip nonriba. Demikian pula diversifikasi produk bisa lebih luas, tidak terbatas pada emas saja. Hal ini faktor yang bisa menyebabkan margin syariah bisa lebih baik dibanding konvensional," pungkasnya.