Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Kian Tertekan, Lampu Kuning Kinerja Bank Pelat Merah

Kinerja raihan laba bank pelat merah menunjukkan tanda perlambatan bahkan kontraksi hingga bulan kelima tahun ini.
Logo Bank BUMN (BBRI, BBNI, BBTN, BMRI). Dok Istimewa
Logo Bank BUMN (BBRI, BBNI, BBTN, BMRI). Dok Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja bank-bank pelat merah menunjukkan tanda perlambatan bahkan kontraksi hingga Mei 2025. Sejumlah analis menilai kondisi ini menjadi peringatan dini bagi industri perbankan nasional. 

Misalnya saja, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mencatatkan laba bersih sebesar Rp19,65 triliun hingga Mei 2025, nyaris stagnan dengan pertumbuhan hanya 0,13% secara tahunan (year-on-year/YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp19,63 triliun.

Dari laporan keuangan bulanan terlihat pendapatan bunga bersih Bank Mandiri tercatat tumbuh 4,2% YoY menjadi Rp31,7 triliun, sementara pendapatan berbasis komisi meningkat 13,21% menjadi Rp7,53 triliun.

Meski pendapatan bunga bersih meningkat, pada saat yang sama beban operasional BMRI juga membengkak dari Rp6,25 triliun menjadi Rp7,58 triliun. Beberapa pos yang mengalami kenaikan adalah beban tenaga kerja dan beban lainnya.

BMRI lantas mencatat penyaluran kredit sebesar Rp1.309,68 triliun pada bulan kelima tahun ini, tumbuh 13,63% YoY. Adapun, aset perseroan terkerek naik 9,86% YoY menjadi Rp1.922,57 triliun. Dari sisi simpanan, DPK yang dihimpun Bank Mandiri mencapai Rp1.406.84 triliun per Mei 2025, tumbuh 8,54% secara tahunan dari angka Rp1.296,11 triliun.

Di sisi lain, tekanan lebih dalam dialami dua bank pelat merah lainnya. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan penurunan laba hingga 14,87% YoY menjadi Rp18,65 triliun dari sebelumnya Rp21,9 triliun. 

Pendapatan bunga bersih BRI menyusut tipis 0,79% YoY menjadi Rp45,48 triliun. Selain itu, ada periode tersebut beban operasional BBRI mengalami kenaikan 18,93% YoY menjadi Rp21,92 triliun.

Laba Kian Tertekan, Lampu Kuning Kinerja Bank Pelat Merah

Gedung Bank BRI Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha

Beberapa pos beban yang membengkak di antarana kerugian dari transaksi spot dan derivatif, beban tenaga kerja, dan beban lainnya. Sementara, beban pencadangan alias impairment tercatat sebesar Rp17,73 triliun, bergerak tipis -0,89% dari sebelumnya Rp17,89 triliun. 

Kendati demikian, penyaluran kredit BRI masih bertumbuh positif 5,01% YoY, dari Rp1.202,49 triliu menjadi Rp1.262,72 triliun. Aset BBRI tercatat sebesar Rp1.893,38 triliun per Mei 2025, meningkat 3,14% YoY.

Sementara itu, laba PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. terkoreksi 1,34% menjadi Rp8,45 triliun dari Rp8,57 triliun. Pendapatan bunga bersih BNI tumbuh 2,96% YoY ke angka Rp15,74 triliun. 

Namun, beban penurunan nilai aset keuangan alias impairment meningkat 1,6% dari Rp2,81 triliun menjadi Rp2,85 triliun. BNI telah menyalurkan kredit senilai Rp755,45 triliun per Mei 2025, tumbuh 6,57% YoY. Aset perseroan meningkat 4,99% YoY dari Rp1.039,55 triliun menjadi Rp1.091,45 triliun.

Adapun, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) membukukan laba bersih tahun berjalan senilai Rp1,20 triliun per Mei 2025. Nilai ini meningkat 3,31% YoY. Kinerja ini dipengaruhi oleh pendapatan bunga bersih yang naik 22,86% YoY.

Meski pendapatan bunga bersih meningkat, beban operasional lainnya membengkak 31,74% menjadi Rp4,68 triliun. Beberapa pos beban yang mengalami kenaikan di antaranya kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) yang menanjak 101,17% YoY menjadi Rp1,8 triliun dan beban lainnya.

Pada periode yang sama, bank spesialis perumahan ini membukukan kredit dan pembiayaan senilai Rp366,52 triliun, meningkat 5,20% YoY dari Rp348,40 triliun. Sementara, himpunan DPK tumbuh 10,25% YoY menjadi Rp397,78 triliun.

Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai tekanan kinerja ini memang belum tergolong sistemik, tetapi tetap harus diwaspadai jika berlanjut dalam beberapa kuartal ke depan.

Laba Kian Tertekan, Lampu Kuning Kinerja Bank Pelat Merah

Nasabah melakukan transaksi menggunakan anjungan tunai mandiri di kantor cabang BNI, Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha

“Tekanan saat ini terutama datang dari membesarnya beban CKPN [cadangan kerugian penurunan nilai] yang dipicu risiko kredit baik dari faktor geopolitik eksternal maupun daya beli domestik,” ujar Trioksa kepada Bisnis, Kamis (17/7/2025). 

Senada, Pengamat Perbankan Binus University, Doddy Ariefianto, menyebut tekanan laba BRI dan BNI lebih disebabkan oleh lonjakan biaya kredit, seperti pencadangan dan penghapusan kredit bermasalah. Sementara tekanan pada Bank Mandiri datang dari sisi lain yakni kenaikan biaya bunga.

“Ekspansi kredit bank-bank BUMN sekitar 11%, tetapi pertumbuhan dana pihak ketiga [DPK] hanya 6%–7%. Akibatnya, mereka terpaksa mencari pendanaan dari sumber lain yang lebih mahal,” jelas Doddy.

Strategi Hadapi Tekanan Biaya Dana

Di tengah likuiditas yang makin ketat dan tren suku bunga acuan yang mulai melandai, efisiensi biaya dana menjadi perhatian utama. Doddy mengatakan bahwa strategi jangka pendek yang dapat ditempuh bank-bank BUMN adalah menjaga rasio likuiditas agar tetap dalam koridor aman.

“Jaga LDR [Loan to Deposit Ratio] tetap di kisaran 80–90%, dan rasio alat likuid terhadap Non-Core Deposit (AL/NCD) di atas 100%. Tujuannya agar bank tidak mudah terjepit pasar uang antarbank dan terpaksa mengambil dana mahal,” papar dia.

Adapun dalam jangka panjang, kata Doddy, bank perlu mulai mendiversifikasi sumber pendanaan. Mengurangi ketergantungan pada deposito berjangka dan memperbesar porsi dana murah atau current account savings account (CASA), menjadi langkah wajib. Selain itu, pendanaan dari pasar modal seperti obligasi, subdebt, hingga penerbitan saham juga perlu diperluas.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro