Bisnis.com, JAKARTA — Pembelian dengan metode buy now pay later atau BNPL di perusahaan multifinance diperkirakan masih akan menyentuh pertumbuhan dua digit hingga akhir 2025.
Hal tersebut diperkirakan seiring masih lebarnya credit gap di Indonesia. Artinya, masih ada kesenjangan antara kebutuhan kredit masyarakat dengan kemampuan lembaga keuangan formal untuk menyalurkannya.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan masih banyak masyarakat yang belum bisa mengakses keuangan formal karena sistem yang rumit dan proses yang lama. Oleh sebab itulah akhirnya tercipta pembiayaan melalui BNPL.
“Jadi, pasarnya masih cukup tinggi. Pertumbuhan masih akan dua digit melihat permintaan dan pasarnya yang masih sangat luas,” katanya kepada Bisnis, Rabu (20/8/2025).
Meski begitu, Nailul mengingatkan akan adanya tantangan yang dihadapi oleh perusahaan dalam memberikan pinjaman melalui BNPL. Yaitu kualitas penyaluran bisa menurun karena permintaan tinggi tanpa ada penyaringan yang baik. Ini bisa mendorong pembiayaan bermasalah menjadi naik.
“Beberapa BNPL perusahaan pembiayaan mempunyai sistem credit scoring yang baik karena masuk dalam sistem SLIK. Namun, ada yang gencar melakukan penetrasi yang pada akhirnya membuat credit scoring menjadi loss. Non performing financing bisa menjadi lebih tinggi,” ujarnya.
Baca Juga
Lebih jauh, dia menyebut bahwa pasar BNPL di multifinance sebagian besar berasal dari kelompok yang tidak terjangkau layanan perbankan atau unbankable. Rekam jejak transaksi keuangan mereka terbatas, sehingga penilaian risiko hanya mengandalkan SLIK dan data alternatif.
Tantangan lainnya yakni di satu sisi perbankan juga mulai gencar mengembangkan BNPL. Perbankan mampu memanfaatkan BNPL untuk menggeser produknya dari kartu kredit. Bank juga mengincar pangsa pasar anak muda.
“Yang tidak suka ribet ketika mengakses produk keuangan. Credit scoring di BNPL Perbankan juga memiliki peluang yang lebih baik karena ada rekam jejak keuangan para peminjam,” tutur dia.
Meski begitu, Nailul yakin perusahaan pembiayaan masih memiliki segmen pasar yang lebih luas dibandingkan dengan BNPL perbankan. Ini karena pangsa pasar BNPL perbankan mayoritasnya juga adalah nasabah di bank tersebut.
Sebagai informasi, nilai pembiayaan BNPL di sektor perusahaan pembiayaan rata-rata terus mencatatkan peningkatan. Menilik data OJK, sejak Januari 2025 nilai pembiayaan BNPL mencapai Rp7,12 triliun atau tumbuh 41,9% (year on year/YoY).
Kemudian, pada Februari 2025 senilai Rp8,20 triliun. Maret 2025 sebesar Rp8,22 triliun. April 2025 sebanyak Rp8,24 triliun. Selanjutnya, Mei 2025 mencapai Rp8,58 triliun.
Adapun menariknya, pada Juni 2025 ini pertumbuhan BNPL di perusahaan multifinance hampir dua kali lipat dari perbankan, meskipun secara nominal masih kalah jauh. Per Juni 2025 baki debet BNPL di perbankan sebagaimana dilaporkan dalam SLIK, tumbuh 29,75% (YoY) menjadi Rp22,99 triliun.
Sementara itu, pembiayaan BNPL oleh perusahaan pembiayaan pada Juni 2025 meningkat sebesar 56,26% (YoY) menjadi Rp8,56 triliun.