Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kelas Bawah Makan Tabungan, Rekening Nasabah Kakap Makin Gemuk

Simpanan nasabah kaya tumbuh lebih cepat dibanding kelas bawah. LPS catat simpanan di atas Rp5 miliar naik 9,45% YoY.
Pegawai menyortir uang rupiah di cash center atau pusat kas BNI di Jakarta, Selasa (4/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menyortir uang rupiah di cash center atau pusat kas BNI di Jakarta, Selasa (4/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Ringkasan Berita
  • Simpanan nasabah kaya tumbuh lebih cepat dibandingkan kelompok menengah-bawah, dengan simpanan di atas Rp5 miliar meningkat 9,45% YoY, sementara simpanan di bawah Rp100 juta hanya naik 4,76% YoY.
  • Aktivitas belanja masyarakat selama libur sekolah 2025 meningkat 9% tetapi lebih rendah dibandingkan 2024, dengan banyak konsumen menggunakan tabungan untuk belanja.
  • LPS menurunkan bunga penjaminan simpanan rupiah di bank umum menjadi 3,75% dan terus memantau kebijakan ekonomi serta likuiditas perbankan.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Tren pertumbuhan simpanan perbankan menunjukkan jurang yang semakin lebar antara nasabah kaya dan kelompok menengah-bawah. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat dana tabungan milik nasabah kelas kakap tumbuh jauh lebih pesat dibandingkan dengan simpanan masyarakat kecil.

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan simpanan dengan nominal di bawah Rp100 juta hanya meningkat 4,76% secara tahunan (year on year/YoY) hingga Juli 2025.

Sebaliknya, simpanan bernilai jumbo di atas Rp5 miliar tumbuh hampir dua kali lipat, yakni 9,45% YoY. “Kelihatan jelas bahwa pertumbuhan di kelompok atas jauh lebih kencang dibanding yang bawah,” ujar Purbaya dalam konferensi pers di Kantor LPS, Selasa (26/8/2025).

Meski tertinggal, Purbaya menilai tabungan masyarakat kecil mulai menunjukkan perbaikan sejak awal tahun. Pertumbuhan simpanan di bawah Rp100 juta sempat turun ke 3,75% YoY pada Mei, setelah sebelumnya berada pada level 4,29% YoY pada April.

Namun pada Juni, angkanya kembali menguat menjadi 4,89% YoY. “Memang masih di bawah 5%, tapi mulai membaik,” jelasnya.

Adapun lonjakan simpanan di atas Rp5 miliar, menurut Purbaya, banyak dipengaruhi oleh dana perusahaan besar yang masih menahan ekspansi. Dia menilai para nasabah besar kemungkinan masih menahan diri untuk melakukan ekspansi bisnis dan memilih menyimpan dananya di perbankan.

Kondisi tersebut, menurutnya, menjadi indikasi bahwa pelaku usaha sedang mempersiapkan diri sebelum kembali melakukan ekspansi secara penuh dalam waktu dekat ketika situasi ekonomi membaik. "Walaupun belum bergerak penuh, kalau kondisi ekonomi terus membaik, ekspansi bisnis bisa segera berjalan,” sebutnya.

Makan Tabungan

Sebelumnya, survei Mandiri Spending Index melaporkan aktivitas belanja masyarakat pada momen libur sekolah 2025 masih tinggi tetapi terbatas. Seiring daya beli masyarakat yang turun, konsumen tetap belanja dengan ‘makan tabungan’ alias mantab.

Office of Chief Economist (OCE) Bank Mandiri mencatat belanja yang masyarakat lakukan pada momen libur sekolah 2025—terhitung dari pekan ketiga Juni hingga pekan ketiga Juli—rata-rata tumbuh 9%.

“Lebih rendah dari 2024 [tumbuh 11%], seiring menurunnya daya beli masyarakat,” tulis OCE Bank Mandiri dalam unggahan Instagram @oce_mandiri, dikutip pada Senin (28/7/2025).

Indeks nilai belanja pada libur sekolah mencapai puncaknya di level 119,6 pada pekan keempat libur sekolah. Padahal membandingkan dengan periode 2024, indeks belanja menyentuh 121,7.

Peningkatan yang terbatas itu pun terjadi sejalan dengan kapasitas keuangan masyarakat yang juga semakin terbatas. Tingkat belanja menunjukkan kenaikan ke angka 108,9, sementara indeks tabungan justru terjun ke level 96,6, lebih rendah dari masa pralibur sekolah.

Berbeda dengan 2024 lalu, indeks belanja melesat ke level 111,1. Namun, indeks tabungan tetap berada di level 100,1.

Bunga Penjaminan

Adapun, LPS mengumumkan penurunan bunga penjaminan periode nonregular sebesar 25 basis poin (bps). Dengan penurunan ini, bunga penjaminan simpanan rupiah di bank umum menjadi 3,75% dan 6,25% untuk BPR. Sementara, bunga penjaminan simpanan valas di bank umum tetap 2,25%.

Purbaya menyatakan pihaknya akan terus memonitor perkembangan ekonomi dan kondisi likuiditas perbankan secara umum.

Purbaya menambahkan LPS akan melihat bagaimana Bank Indonesia (BI) mengambil langkah kebijakan ke depannya. Yang jelas, lanjutnya, LPS tidak akan mengeluarkan sinyal yang bertentangan dengan bank sentral.

"Ada ruang yang saya lihat bisa ke 3,5%, sama dengan [tingkat] terendah waktu Covid kemarin," ujarnya dalam konferensi pers.

Purbaya menjelaskan ruang pelonggaran terbuka seiring dengan sinyal penurunan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed), yang kemungkinan dilaksanakan pada September tahun ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro