Bisnis.com, JAKARTA -- Tujuh tahun setelah akuisisi oleh The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited, melalui anak perusahaan yang sepenuhnya dimilikinya, HSBC Asia Pacific Holdings (UK) Limited, PT Bank Ekonomi Raharja Tbk. (BAEK) berniat untuk delisting saham.
Antony Colin Turner, Direktur Utama Bank Ekonomi, mengatakan perseroan berencana untuk mengubah statusnya dari perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup atau go privat. BAEK ingin melakukan penghapusan pencatatan atau delisting saham-saham perseroan di BEI.
Pada Senin (16/2/2015), manajemen BAEK menyampaikan surat permintaan kepada BEI untuk melakukan suspensi atas perdagangan saham perseroan. Manajemen BAEK telah menyampaikan surat kepada Otoritas Jasa Keuangan guna meminta petunjuk sehubungan rencana go private tersebut.
Dikutip dari laporan keuangan BAEK, Selasa (17/2/2015), disebutkan akuisisi oleh HSBC Asia Pacific Holdings (UK) Limited ini telah dilakukan pada Oktober 2008. Saat itu, HSBC menggelontorkan dana US$607,5 juta setara dengan Rp5,98 triliun (kurs Rp9.810) untuk mencaplok 88,89% saham BAEK.
Sebelumnya, Bank Ekonomi dimiliki oleh pengusaha kaya Eddy William Katuari melalui Wings Group. Bank yang didirikan pada 8 Maret 1990 ini kemudian memutuskan untuk melantai di pasar modal dengan menjual 270 juta lembar saham dan resmi tercatat di BEI pada 8 Januari 2008.
Pada 20 Oktober 2008, HSBC Asia Pacific Holdings menandatangani conditional sale and purchase agreement dengan beberapa pemegang saham utama untuk mengakuisisi 88,89% kepemilikan.
Berdasarkan perjanjian tersebut, HSBC Asia Pacific mengakuisisi 38,84% kepemilikan saham dari PT Lumbung Artakencana, 38,60% dari PT Alas Pusaka, dan 11,45% dari beberapa pemegang saham individu. Transaksi resmi efektif pada 22 Mei 2009.
Akan tetapi, HSBC Asia Pacific belum kunjung rampung melepaskan kembali atau refloat saham BAEK dalam waktu 2 tahun sejak penawaran tender. HSBC kemudian mengajukan permohonan kembali perpanjangan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 14 Oktober 2014 lalu.
Hingga 30 September 2014, komposisi pemegang saham Bank Ekonomi masih digenggam mayoritas oleh HSBC Asia Pacific Holdings 98,94%. Sisanya masing-masing oleh PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sebesar 1,00% dan publik 0,06%.
Dari sisi kinerja, total penyaluran kredit Bank Ekonomi hingga akhir tahun yang disampaikan dalam Laporan Publikasi Bank Indonesia mencapai Rp19,91 triliun, tumbuh tipis 2,62% dari posisi Rp19,4 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, nilai dana pihak ketiga (DPK) Bank Ekonomi yang dihimpun sepanjang 2014 berkisar Rp23,47 triliun. Angka tersebut cenderung sama dengan 2013. Adalah komposisi DPK terdiri dari giro Rp4,71 triliun, tabungan Rp7,34 triliun dan deposito Rp23,47 triliun.
Kinerja Bank Ekonomi mencatatkan perlambatan dan terkoreksi dibanding tahun sebelumnya. Terbukti dari laba perusahaan yang dibukukan sepanjang tahun lalu mencapai Rp66,26 miliar, tumbuh sekitar Rp1 miliar dari kuartal III/2014. Padahal laba 2013, sempat mencapai Rp250,24 miliar.
Nilai aset Bank Ekonomi sepanjang periode 2014 mencapai Rp29,73 triliun, tumbuh 3,33% dari posisi Rp28,77 triliun secara tahunan.
Dari sisi ekspansi jaringan, anggota Grup HSBC ini, memiliki 99 kantor cabang, 2.000 karyawan dan modal inti senilai Rp2,92 triliun. Sedangkan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) mencapai 13%. Sedangkan total kantor HSBC di Indonesia sekitar 47 kantor cabang yang tersebar di 6 kota besar dan mempekerjakan jumlah 3.000 karyawan.