Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Panin Indonesia Tbk (PNBN) alias Bank Panin mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,42 triliun. Realisasi ini tumbuh 4,33% dibandingkan periode sama tahun lalu (year-on-year/YoY) sebesar Rp1,37 triliun.
Herwidayatmo selaku Presiden Direktur Bank Panin memaparkan bahwa perkembangan tersebut ditopang oleh peningkatan pendapatan operasional lainnya atau fee-based income, terutama penjualan surat berharga yang meningkat 38,4% ke level Rp134,28 miliar.
“PaninBank juga meningkatkan pencadangan untuk mengantisipasi penurunan kualitas portofolio kredit dengan membukukan biaya cadangan sebesar Rp897,45 miliar, atau naik 12,49% dibanding periode yang sama tahun lalu,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat (25/7/2025).
Terkait fungsi intermediasi, Bank Panin telah menyalurkan kredit sebesar Rp148,64 triliun, tumbuh tipis 0,69% YoY dari posisi Rp147,63 triliun.
Menurut Herwidayatmo, pertumbuhan kredit melambat terutama di segmen korporasi. Hal ini dikarenakan kebijakan perseroan yang menerapkan prinsip kehati-hatian untuk menjaga kualitas portofolio kredit, tercermin dalam rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL).
“Dengan demikian, NPL gross dapat dikendalikan dan turun menjadi sebesar 2,81% dan NPL net sebesar 0,71%,” imbuhnya.
Pada sisi simpanan, dana pihak ketiga (DPK) Bank Panin bertumbuh 5,18% YoY, dari Rp143,54 triliun menjadi Rp150,98 triliun.
Namun, realisasi itu menurun 0,91% dari posisi akhir 2024 yang sebesar Rp152,37 triliun. Dia lantas menjelaskan bahwa pertumbuhan DPK dikendalikan untuk mengantisipasi masih lemahnya pertumbuhan kredit, sehingga perseroan berupaya memperkuat dana murah (current account saving account/CASA).
“PaninBank terus berusaha meningkatkan CASA dengan mendorong pertumbuhan Tabungan dan Giro melalui Program berhadiah Panin Super Bonanza yang sangat diminati oleh masyarakat,” lanjutnya.
Herwidayatmo lantas menjelaskan bahwa Bank Panin terus memperkuat permodalan yang telah mencapai Rp53,10 triliun per semester I/2025.
Hal ini tercermin dari rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) yang meningkat menjadi 35,47%, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 32,24%.