Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank DBS Indonesia mengincar pertumbuhan pendapat bisnis consumer banking sebesar 18% pada tahun ini secara year on year.
Direktur Consumer Banking Group Bank DBS Indonesia Wawan Salum mengakui, persentase tersebut memang jauh di bawah realisasi pertumbuhan pendapatan tahun lalu. Tapi angka 18% dipastikan terbilang target yang cukup agresif.
“Target 18% itu kalau dibandingkan dengan pertumbuhan GDP sudah terbilang tinggi sekali, terlebih BI dan OJK juga menargetkan pertumbuhan loan yang tidak terlalu tinggi. Jadi 18% itu sudah agresif sekali,” katanya, Sabtu (11/2/2017).
Sepanjang tahun lalu, bisnis consumer banking PT Bank DBS Indonesia membukukan pertumbuhan pendapatan 62% (yoy), porsi pendapatan dari bisnis ini setara 28% total pendapatan. Pertumbuhan 62% itu ditopang peningkatan jumlah nasabah 17% per Desember tahun lalu (yoy).
Selain itu, pertumbuhan pendapatan yang dicatat DBS Indonesia turut terpengaruh perkembangan pendapatan dari unit bisnis yang berkontribusi terhadap consumer banking. Komposisinya terdiri dari wealth management sebesar 49%, kredit tanpa agunan 31%, dan dana pihak ketiga 20%.
Bisnis wealth management DBS Indonesia tercatat tumbuh 44% menjadi Rp13,1 triliun per akhir tahun lalu dari Rp9,1 triliun setahun sebelumnya. Wawan menyatakan, pertumbuhan ini didalamnya sudah memperhitungkan pengaruh dari masuknya dana repatriasi meskipun enggan dibeberkan detil.
Sementara itu, untuk pendapatan DPK terkumpul Rp17,2 triliun alias tumbuh sebesar 16% secara year on year. Pada tahun ini, perseroan membidik kenaikan pendapatan dana pihak ketiga sebesar 14%.
Mengedepankan customer journey yang diklaim semakin baik, Bank DBS Indonesia mengaku berhasil mendongkrak akusisi nasabah secara online. Untuk produk kredit tanpa agunan (KTA) dan priority banking DBS Treasures masing-masing tumbuh 141% dan 100% (yoy).
“Tanpa pertumbuhan nasabah yang kencang susah menjaga kontinyuitas bisnis. Ke depan untuk pertahankan dan tingkatkan pertumbuhan nasabah kami fokus kembangkan digital strategy,” tutur Wawan.
Sejalan dengan hal tersebut maka Bank DBS Indonesia menyiapkan diri mengadirkan layanan perbankan digital dinamai Digibank, akan diluncurkan pada April 2017. Program ini diklaim mampu menyajikan layanan bank yang serba paperless, signatureless, dan bank branchless.
Pada sisi lain, DBS Indonesia juga mengumumkan akuisisi terhadap bisnis perbankan ritel dan wealth management ANZ di lima negara termasuk Indonesia. Aksi korporasi ini menghasilkan tambahan nasabah ritel dan wealth management mencapai satu juta.
Wawan menjelaskan, alhasil ke depan DBS bakal punya kartu kredit hasil dari akusisi terhadap bisnis konsumer milik ANZ tersebut. Tapi perseroan asal Singapura ini mengaku, belum dapat membeberkan lebih detil terkait aksi akuisis tersebut.