Bisnis.com, JAKARTA - Para debitur besar di segmen korporasi memilih untuk mengurangi pinjaman mereka di perbankan pada masa pandemi.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sebanyak 74 debitur dari kelompok 100 debitur besar pada Agustus mengalami penurunan baki debet total Rp61,2 triliun dengan rerata penurunan sebesar 12,9 persen.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan dari debitur besar tersebut, yang terbesar mengalami penurunan adalah PLN senilai Rp7,2 triliun.
Lalu, Gudang Garam Rp5,3 triliun, Wilmar Nabati Rp4,9 triliun, Petrokimia Gresik Rp4,9 triliun, dan Indofood Sukses Makmur Rp4,4 triliun.
Di segmen konsumsi, sejalan dengan masih lemahnya daya beli masyarakat, untuk kredit KPR, Ruko, furniture & elektronik rumah tangga dan kredit kendaraan bermotor (KKB) terus mengalami penurunan pertumbuhan kredit.
"Untuk kredit segmen korporasi dan segmen konsumsi, kami melihat secara ytd masih konsisten terkontraksi," katanya, Kamis (1/10/2020).
Sementara itu, perkembangan kredit segmen UMKM yang terkontraksi dari Maret 2020 hingga Juni 2020 cukup mempengaruhi perlambatan kredit secara keseluruhan sehingga secara ytd masih terkontraksi minus 2,35 persen.
"Namun, berbagai kebijakan stimulus yang diberikan OJK dan pemerintah mampu memberikan dampak positif pada segmen UMKM, tercermin dari kenaikan pertumbuhan yang positif menjadi sebesar 0,18 persen MoM selama Juli-Agustus 2020," katanya.
Menurutnya, bank umum swasta nasional masih berhati-hati atau wait and see terhadap outlook risiko ke depan dalam menyalurkan kredit.
Baca Juga : Kredit Seret, Bank Mengerem Utang Luar Negeri |
---|
Hingga Agustus 2020, pertumbuhan kredit tercatat sebesar 1,04 persen yoy atau -1,69 persen ytd. Realisasi tersebut didorong oleh pelemahan penyaluran kredit baru oleh bank umum swasta nasional, sedangkan kredit pada bank BUMN dan BPD masih tumbuh cukup baik.
Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit modal kerja (KMK) masih terkontraksi, sedangkan kredit investasi masih positif. Penurunan kredit modal kerja di Agustus 2020 lalu lebih disebabkan oleh penurunan baki debet KMK beberapa debitur besar.
"Di sisi intermediasi, pada bulan Agustus, kredit perbankan masih tumbuh positif secara yoy, walaupun kembali mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode sebelumnya," sebutnya.