Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Program JKP Pakai Dana BPJS Ketenagakerjaan, Manfaat bagi Peserta Jadi Berkurang?

Undang-Undang 11/2020 tentang Cipta Kerja mengatur bahwa program JKP dapat menggunakan tiga sumber dana, yakni modal awal pemerintah yang ditetapkan paling sedikit Rp6 triliun, rekomposisi iuran program jaminan sosial lainnya, dan/atau dana operasional BPJS Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek.
Pegawai melintasi logo BPJS Ketenagakerjaan di Kantor Cabang BP Jamsostek di Menara Jamsostek, Jakarta, Jumat (10/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pegawai melintasi logo BPJS Ketenagakerjaan di Kantor Cabang BP Jamsostek di Menara Jamsostek, Jakarta, Jumat (10/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah menetapkan program Jaminan Kehilangan Pekerjaan atau JKP dapat menggunakan sumber dana operasional Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Ketenagakerjaan. Hal tersebut dikhawatirkan dapat mengurangi manfaat yang diterima peserta.

Undang-Undang 11/2020 tentang Cipta Kerja mengatur bahwa program JKP dapat menggunakan tiga sumber dana, yakni modal awal pemerintah yang ditetapkan paling sedikit Rp6 triliun, rekomposisi iuran program jaminan sosial lainnya, dan/atau dana operasional BPJS Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek.

Koordinator Advokasi BPJS Watch Timboel Siregar menjelaskan bahwa dana operasional BP Jamsostek tersebut diambil dari iuran peserta dan hasil investasi dana jaminan sosial. Adanya alokasi untuk program JKP berpotensi membuat potongan dana iuran dan hasil investasi itu meningkat.

Menurut Timboel, jika potongan terhadap hasil investasi yang saat ini sebesar 4,5% meningkat, maka manfaat yang diperoleh peserta pun berpotensi berkurang. Hal tersebut dapat terjadi karena manfaat peserta, khususnya di program Jaminan Hari Tua (JHT) sangat bergantung kepada jumlah hasil investasi.

"Oleh karena itu kami kurang setuju kalau sumber pembiayaan JKP dari dana operasional [BP Jamsostek], artinya iuran ini sebenarnya kan digunakan untuk mengembangkan dana ini," ujar Timboel kepada Bisnis, Rabu (4/11/2020).

Dia menilai bahwa semestinya program JKP memiliki sumber pendapatan sendiri, dengan susunan manfaat dan pengelolaan dana tersendiri. Skema yang diatur dalam UU Cipta Kerja itu menurutnya bukan hanya berpotensi mengurangi manfaat peserta, tetapi juga membuat adanya subsidi dana antar program.

"Jadinya peserta mengorbankan hak atas JHT-nya untuk membiayai JKP, padahal konteksnya JKP itu pesangon yang dialihkan dari pemberi kerja. Oke [pengalihan] ini diambil alih oleh pemerintah, harusnya dari anggaran pendapatan dan belanja negara [APBN], jangan memotong hak peserta," ujarnya.

Timboel menjelaskan bahwa jika mengacu kepada substansi program JKP, maka terdapat dua pihak yang semestinya menanggung iuran program tersebut, yakni pemerintah atau pemberi kerja. Jika sumber dana JKP akan berasal dari pemerintah, maka perlu terdapat alokasi APBN seperti bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) di BPJS Kesehatan.

Iuran itu pun dapat ditanggung oleh pemberi kerja karena hakikatnya adalah memindahkan sebagian kewajiban pembayaran pesangon kepada BP Jamsostek. Pada dasarnya, menurut Timboel, tidak boleh ada sedikitpun iuran yang dibebankan dan manfaat yang dikurangi dari pekerja.

Presiden Joko Widodo menetapkan program JKP sebagai bagian dari UU Cipta Kerja yang disahkan dan diundangkan pada Senin (2/11/2020). Beleid itu mengubah mengubah sejumlah aturan dalam UU 24/2011 tentang BPJS, yang salah satunya mengenai modal awal bagi pelaksanaan jaminan sosial.

UU Cipta Kerja pun membuat BP Jamsostek harus menyelenggarakan lima program, yakni JHT, Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Pensiun (JP), Jaminan Kematian (JKm), dan yang terbaru JKP.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper