Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. tetap mengalokasikan pelaksanaan hapus buku kredit atau write off pada tahun ini.
Hapus buku dilakukan terhadap pinjaman macet yang tidak dapat ditagih lagi dihapusbukukan dari neraca (on-balance sheet) dan dicatat pada rekening administratif (off-balance sheet).
Penghapusbukuan pinjaman macet tersebut dibebankan pada akun penyisihan penghapusan aktiva produktif. Meskipun pinjaman macet tersebut telah dihapusbukukan, hal ini hanya bersifat administratif sehingga penagihan terhadap debitur tetap dilakukan.
Hasil tagihan pokok pinjaman dibukukan ke rekening penyisihan penghapusan aktiva produktif, sedangkan tagihan bunga dibukukan sebagai pendapatan lain bank (write off).
Direktur Remedial and Wholesale Risk BTN Elisabeth Novie Riswanti menyampaikan perseroan tetap mengalokasikan pelaksanaan write off. Namun, aksi ini akan tetap berpedoman pada ketentuan otoritas pengawas dan kebijakan pengendalian kualitas kredit yang konservatif.
Strategi write off pada tahun ini tetap dilakukan pada debitur yang sudah masuk pada kolektibilitas macet dan dilakukan pembentukan pencadangan secara penuh sesuai dengan ketentuan regulator.
"Disamping itu, secara umum write off akan menyasar debitur-debitur yang sudah memenuhi persyaratan, seperti sudah dilakukan pembinaan secara optimal dibuktikan dengan pemberian Surat Peringatan sampai dengan 3 kali atau pun debitur sudah tidak memiliki prospek usaha ke depannya," katanya pada Kamis (4/2/2021).
Adapun, selama 2020 Bank BTN telah melakukan write off hampir senilai Rp3 triliun, di mana nilai write off pada tahun ini juga akan berkisar antara Rp2 triliun sampai dengan Rp3 triliun.
Dia melanjutkan, perseroan menargetkan terjadi perbaikan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL), di mana rasio NPL diharapkan bisa turun di bawah 4 persen.
Upaya penurunan rasio NPL ini dilakukan dengan mengoptimalkan penjualan aset bermasalah dengan cara-cara yang lebih inovatif maupun upaya collection yang lebih baik disamping ditunjang dengan pelaksanaan write off yang terukur dan tepat
Novie menambahkan perseroan pun telah memperluas saluran penjualan kredit macet. Penjualan kredit hapus buku tahun lalu bahkan mencapai Rp167,6 miliar atau naik 47,8 perseroan secara tahunan.
Perseroan juga melakukan digitalisasi proses koleksi melalui mobile collection dan digital verification, yang juga sangat membantu perseroan untuk menjaga kualitas kredit tahun ini.