Bisnis.com, JAKARTA - Meningkatnya minat masyarakat muslim di Indonesia untuk menjadi muslim yang lebih taat beragama menjadi salah satu peluang yang disorot oleh grup teknologi finansial PT Alami Fintek Sharia (ALAMI).
Pasalnya, kalangan ini jelas akan menghindari lembaga keuangan konvensional dan beralih ke syariah, termasuk dalam hal memilih layanan perbankan. Selain itu, fenomena yang kerap disebut 'tren hijrah' ini juga erat berkaitan dengan tren berdagang atau memulai usaha, yang lambat laun membutuhkan fasilitas pembiayaan sektor produktif.
ALAMI sendiri mencoba menangkap potensi ini lewat membangun ekosistem, di mana Grup Alami bukan hanya memiliki platform peer-to-peer (P2P) lending klaster syariah dengan nama serupa, namun juga mengakuisisi Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) di wilayah DKI Jakarta yang akan disebut Bank Hijra, serta memiliki akselerator usaha rintisan (startup) bertajuk ARQAM.
CEO ALAMI Dima Djani mengungkap bahwa potensi ini mulai tampak dari berbagai indikator, salah satunya dari pertumbuhan rekening tabungan perbankan syariah atau akun wadiah, yang tidak memberikan pembagian bunga seperti rekening perbankan konvensional.
"Tren akun wadiah dari 2016 hanya US$2,1 miliar, naik hampir US$4 miliar pada 2018, sampai akhirnya tembus US$6,5 miliar pada 2020. Terlihat naik signifikan, menandakan demand dari fenomena hijrah lifestyle itu sudah mulai tampak," ujarnya dalam diskusi virtual Sharia Economic Outlook bersama CORE Indonesia, Rabu (15/12/2021).
Selain itu, riset Alami menunjukkan sekitar 24 persen muslim di Indonesia merupakan modern muslim atau masuk ke kalangan hijrah, 16 persen umat muslim di Indonesia merupakan highly devoted atau sudah lama memiliki preferensi layanan serba syariah, lainnya 60 persen masih terbuka terhadap layanan konvensional.
Baca Juga
"Dari sisi persona, 24 persen modern muslim ini lagi banyak banget, terus bertumbuh, terutama di kota-kota besar tier 1, dan bisa jadi bakal terus menggerus persentase muslim mayoritas yang kita sebut masih agnostik atau masih campur [menerima lembaga keuangan konvensional]," tambahnya.
Alami sebagai platform P2P lending memproyeksi bahwa ke depan permintaan terhadap akses pembiayaan produktif dari kalangan ini akan terus bertumbuh. Oleh sebab itu, perluasan jangkauan terhadap peminjam (borrower) dan pendana (lender) akan menjadi fokus.
"Kalau lender ritel Alami sudah ada di semua provinsi di Indonesia, dan ini terbilang cukup mengejutkan. Tapi borrower kami memang masih berfokus di Jawa dan sebagian Sumatra. Alami tengah mencoba memperbesar strategi menggandeng ekosistem tertentu atau komunitas spesifik, untuk penetrasi ke borrower potensial di daerah. Salah satu contohnya, kami sudah jadi salah satu rekanan terbesar buat ekosistem budidaya perikanan digital e-Fishery," ungkapnya.
Penyaluran per kuartal di platform Alami pun mengalami hal serupa dengan tumbuh 32 kali lipat, di mana tadinya hanya US$3,2 juta pada kuartal I/2020 telah menembus US$72,5 juta pada kuartal III/2021 dan diproyeksi mencapai US$102,1 juta pada kuartal IV/2021.
Sekadar informasi, Alami tercatat sebagai startup fintech yang menggelar putaran pendanaan terbaru di Series A senilai US$20,5 juta, dari beberapa investor seperti East Ventures, Quona, Golden Gate Ventures, serta AC Ventures, dan beberapa investor lain. Selain untuk memperluas pangsa pasar, Alami memiliki rencana menggunakan dana segar ini untuk membangun Bank Hijra sebagai BPRS berbasis digital.