Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Digital Pendatang Baru Eksplorasi Ekosistem Milik Pemegang Saham

Sejumlah bank digital yang baru lahir memanfaatkan potensi ekosistem pemegang saham, seperti e-commerce dan fintech.
Ilustrasi bank digital./ Dok Freepik
Ilustrasi bank digital./ Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA -- Sejumlah bank digital baru bermunculan sejak tahun lalu. Bank-bank digital ini kemudian akan memasuki persaingan ketat dengan bank digital lainnya mengandalkan ekosistem pemegang sahamnya.

PT Super Bank Indonesia atau Superbank misalnya merupakan bank digital yang baru meluncur pada tahun lalu setelah dikuasai PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) atau Emtek Group. Konglomerasi Emtek Group melalui PT Elang Media Visitama mengendalikan Superbank dengan porsi sebesar 31,27%. 

Adapun, setelah memasuki pasar persaingan di bisnis bank digital, Superbank ancang-ancang menggaet ekosistem Emtek. 

Presiden Direktur Superbank Tigor M. Siahaan mengatakan Superbank misalnya berencana memperluas pangsa pasar dengan memanfaatkan platform video over the top (OTT) yakni Vidio milik Emtek.

Menurutnya, Vidio mampu menyajikan beragam data pelanggan menarik melalui kebiasaan menonton yang dapat dipergunakan bank. Di mana, data-data seperti pola penggunaan, histori pembayaran bisa digunakan menjadi kredit modelling

“Terus terang kami masih gali. Masih scratching the surface, tapi at some point kita mau ke sana [Vidio]," kata Tigor pada saat Media Visit di Wisma Bisnis Indonesia, Kamis (11/7/2024).

Selain itu, kata Tigor, pihaknya juga bakal menyasar ekosistem pemegang saham lainnya yakni platform e-commerce Bukalapak untuk menyasar pembiayaan ke segmen mikro. 

Sebagaimana diketahui, PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) merupakan salah satu portofolio Grup Emtek melalui PT Kreatif Media Karya yang memiliki 24,62% saham di BUKA.

“Bukalapak selain dari e-commerce, tapi mereka juga ada mitra Bukalapak yang di warung-warung di wilayah Indonesia, [nah itu] merupakan sasaran kami bagaimana kita [Superbank] masuk ke financing UMKM especially yang mikro,” ujarnya. 

Adapun, Tigor menegaskan bahwa untuk tahun ini Superbank masih akan fokus menyasar ekosistem Grab. Superbank menyediakan layanan bagi para pengguna dan mitra Grab untuk membuka rekening, menabung, dan menggunakan rekening tersebut sebagai metode pembayaran langsung di aplikasi Grab tanpa perlu mengunduh aplikasi tambahan.

Selain Emtek dan Bukalapak, Superbank juga memang dimiliki oleh PT Kudo Teknologi Indonesia dengan 19,26% saham, Singtel Alpha Investment, Pte Ltd. dengan 20,56% saham, dan A5-DB Holdings, Pte. Ltd. yang memiliki porsi 11,58% saham. Selain itu, terdapat KakaoBank Corp yang memiliki 10% saham di Superbank.

Bank Digital Pendatang Baru Eksplorasi Ekosistem Milik Pemegang Saham

Presiden Direktur Superbank Tigor M. Siahaan saat Media Visit di Wisma Bisnis Indonesia, Kamis (11/7/2024)/Bisnis-Eusobio Chrysnamurti

Bank digital pendatang baru lainnya PT Krom Bank Indonesia Tbk. (BBSI) ancang-ancang perkuat ekosistem dengan pemegang saham pengendalinya, yakni PT Finacel Teknologi Indonesia atau Kredivo Group.

Presiden Direktur Krom Bank Anton Hermawan mengatakan integrasi dengan Kredivo sudah dijalankan mulai dari pembukaan rekening bagi pengguna Kredivo di aplikasi Krom Bank. Apalagi menurutnya, integrasi dengan Kredivo memiliki peluang besar.

Kredivo merupakan platform digital yang berfokus pada kredit digital beli sekarang bayar nanti (paylater) memiliki jumlah pengguna yang banyak. Dengan integrasi itu, potensi pengguna Krom Bank bisa mencapai 10 juta.

"Akan tetapi bank digital tidak akan bisa hidup hanya mengandalkan aplikasinya sendiri. Kami tidak akan membatasi diri. Kami menjajaki dengan pihak lain," katanya dalam acara diskusi media terbatas pada pekan lalu (9/7/2024).

Menurutnya, selain dengan Kredivo, Krom Bank menjajaki kerja sama dengan ekosistem lainnya. "Untuk meningkatkan loan, aset, dan raupan dana pihak ketiga," ujarnya.

Bank digital yang juga baru meluncur pada tahun lalu adalah PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) atau Bank Saqu milik PT Astra International Tbk (ASII).

Presiden Direktur Bank Jasa Jakarta Leo Koesmanto mengatakan Bank Saqu akan mengandalkan cakupan ekosistem Astra yang luas, baik offline maupun online di Astra.

Integrasi layanan perbankan dengan ekosistem Astra juga dijalankan Bank Saqu. Astra merupakan perusahaan yang memiliki lebih dari 200 anak usaha, baik perusahaan asosiasi maupun pengendalian bersama entitas. Lini bisnis Astra meluas dari mulai otomotif hingga teknologi informasi.

Di bisnis keuangan, Astra juga memiliki Astra Financial. Berderet sejumlah produk dari Astra Financial seperti FIFGROUP, Astra Life, Astra Ventura, hingga AstraPay.

Leo mengatakan Bank Saqu juga menyasar pasar generasi muda, terutama para solopreneur di Indonesia, mencakup pemilik usaha kecil, pekerja lepas, dan karyawan tetap dengan pekerjaan tambahan.

Bank Digital Pendatang Baru Eksplorasi Ekosistem Milik Pemegang Saham

Peluncuran Bank Saqu besutan Astra Group, Senin (20/11/2023)/Bisnis-Fahmi A. Burhan

Menurutnya, segmen ini secara proaktif mencari cara untuk bertumbuh, menabung lebih banyak, berinvestasi lebih banyak, atau bahkan mengambil pinjaman untuk upaya produktif.

"Ditambah dengan digitalisasi, marak e-commerce dan social commerce. Segmen solopreneur ini pun potensial," kata Leo.

Bank digital besutan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), yakni Hibank juga baru meluncur tahun lalu. Bank pun memiliki ekosistem bisnis yang bisa diintegrasikan dengan induknya BNI.

Namun, bank pun akan memperluas ekosistemnya dalam menghadapi persaingan ketat di industri bank digital Tanah Air.

Chief Product Digital Hibank Ditto Prabowo Widigdo mengatakan Hibank misalnya akan menggaet ekosistem digital di e-commerce hingga teknologi finansial (fintech).

"Kami menjajaki partnership, karena perlu bantuan dari e-commerce juga dengan fintech," kata Ditto dalam acara peluncuran Small Business Barometer Study Report pada bulan lalu (27/6/2024). 

Persaingan Ketat Pasar Bank Digital

Deretan upaya bank digital pendatang baru itu dilakukan untuk menghadapi persaingan ketat di pasar bank digital.

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan pada tahun ini, persaingan di pasar bank digital masih akan ketat. 

"Akan semakin ketat persaingan perbankan. Lahir bank baru mungkin tidak, tapi akan banyak akuisisi, merger atau konsolidasi bank," ujarnya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.

Adapun, Economics and Public Policy Researcher Indef Nailul Huda mengatakan persaingan bank digital ke depan akan mengerucut ke skema pengembangan, terutama dalam menggaet nasabah.

"Ini akan tergantung ekosistemnya dalam memudahkan generasi Z serta milenial mengakses layanan keuangan," kata Nailul.

Sementara itu, Senior Faculty LPPI Amin Nurdin mengatakan bank-bank digital memiliki keunggulan dari sisi permodalan kuat yang digelontorkan pemiliknya baik fintech maupun konglomerat. 

Akan tetapi, permodalan saja tidak cukup. Untuk bersaing, bank digital mesti memiliki bangunan prinsip strategi ke depannya yang cukup bagus. Menurut Amin, strategi tidak terlepas dari rencana jangka panjang, visi dan misi yang disusun oleh bank. 

Selain itu, bank digital juga harus siap untuk berkolaborasi dengan pihak manapun. “Intinya harus memiliki dan membangun sebuah ekosistem yang kuat,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper