Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Perbankan RI Semester I/2024: Bank BUMN Mendominasi, Asing Paling Melaju

Berdasarkan SPI OJK, bank BUMN masih mendominasi perolehan laba bersih perbankan nasional hingga paruh pertama 2024.
Ilustrasi bank. /Freepik
Ilustrasi bank. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa laba bersih bank umum hingga semester I/2024 mencapai Rp126,52 triliun atau naik 5,46% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari posisi Rp119,97 triliun pada Juni 2023.

Mengutip Statistik Perbankan Indonesia (SPI) OJK terbaru pada Rabu (4/9/2024), berdasarkan kelompok bank, bank pelat merah atau bank BUMN masih menguasai porsi terbesar dalam perolehan laba bersih perbankan nasional hingga paruh pertama 2024. 

Data OJK menunjukkan bahwa kelompok bank persero mencetak laba bersih sebesar Rp65,03 triliun sepanjang semester I/2024, naik 6,68% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya dengan nominal Rp60,96 triliun. Kelompok ini pun mendominasi raupan laba bersih industri secara keseluruhan dengan persentase 51,4%.

Di bawah bank BUMN, terdapat bank swasta yang membukukan laba Rp46,83 triliun pada paruh pertama 2024, tumbuh 2,61% dari posisi Rp45,64 triliun pada Juni 2023. Laba bank swasta menguasai 37,01% perolehan laba perbankan nasional pada semester I/2024.

Kelompok kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri alias bank asing bertengger di urutan berikutnya dengan raupan laba Rp7,13 triliun per Juni 2024, sekaligus mencatatkan laju pertumbuhan dobel digit sebesar 15,75% dari level Rp6,16 triliun pada tahun sebelumnya. Bank asing menempati porsi 5,64% dari keseluruhan laba perbankan nasional pada semester I/2024.

Sementara itu, penyusutan laba bersih terjadi pada kelompok bank pembangunan daerah (BPD). Pada Juni 2024, BPD membukukan laba Rp6,82 triliun, turun 5,41% dari perolehan per Juni 2023 sebesar Rp7,21 triliun. BPD pun finis terakhir dalam porsi laba perbankan secara keseluruhan sepanjang enam bulan pertama 2024, dengan persentase 5,39%.

Apabila diselisik dari sisi pemain, kelompok bank BUMN tak lain ditopang oleh bank besar yakni PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. alias BNI (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN). 

BNI membukukan laba bersih senilai Rp10,7 triliun pada semester I/2024, tumbuh 3,8% secara tahunan dari level Rp10,3 triliun.

BRI mencetak laba bersih konsolidasi yang dapat diatribusikan ke pemilik sebesar Rp29,92 triliun atau tumbuh 0,95% yoy, selagi Bank Mandiri mencatatkan realisasi laba bersih secara konsolidasi tumbuh 5,23% yoy menjadi Rp26,6 triliun. 

BTN tercatat membukukan laba bersih senilai Rp1,5 triliun, naik 1,9% YoY dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp1,47 triliun.

Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk atau BCA (BBCA) mengukuhkan posisinya sebagai bank swasta terbesar hingga Juni 2024. BCA beserta entitas anak membukukan laba senilai Rp26,9 triliun pada semester I/2024 alias tumbuh 11,1% yoy.

Meskipun laba perbankan pada semester I/2024 masih mengalami pertumbuhan, kondisi suku bunga global yang masih tinggi menjadi tantangan saat ini.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae sebelumnya menyatakan selain suku bunga global yang tinggi, industri perbankan juga menghadapi kenaikan biaya dana akibat perebutan dana murah di pasar.

“Sementara, suku bunga kredit saat ini tergolong stabil di tengah suku bunga DPK yang meningkat,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (12/8/2024).

Dian pun menyebutkan jika sejumlah bank melakukan revisi turun laba pada akhir tahun ini. Namun, margin bunga bersih (net interest margin/NIM) pada akhir 2024 diproyeksi masih tergolong stabil dibandingkan dengan NIM pada semester I/2024.

Dalam public expose minggu lalu, BNI membeberkan strategi agar kinerja laba perseroan tetap tumbuh hingga akhir tahun.

Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengatakan bahwa pihaknya optimistis ada potensi pertumbuhan yang lebih baik pada semester II/2024 dibandingkan dengan semester I/2024.

"Kalau semester I/2024 kita masih banyak berada di pertumbuhan di bawah market karena memang fokus pada perbaikan fundamental, tapi progres terakhir bahwa kita bisa mampu tumbuh secara lebih positif," ujarnya dalam Public Expose Live, Jumat (30/8/2024).

Berdasarkan presentasi perusahaan, BNI telah merevisi beberapa target pertumbuhan yang sempat dipatok pada awal tahun. Misalnya, kredit yang pada awal tahun ditargetkan tumbuh 9%—11% (YoY), kini dinaikkan menjadi 10%—12% (YoY).

Adapun, secara realisasi per semester I/2024 kredit mampu tumbuh 11,7%. Selanjutnya, rasio margin bunga bersih bank only yang semula pada awal tahun sempat ditargetkan ≥4,5%, kini menjadi ≥4%. Sementara itu, capaian NIM per semester I/2024 berada di level 4%.

Selain itu, biaya kredit (cost of credit) bank only dari semula alias awal tahun ditargetkan kurang 1,4%, saat ini menjadi ±1%. Adapun, realisasi biaya kredit per semester I/2024 yakni 1%.

Lebih lanjut, kata dia, perolehan margin juga akan sangat bergantung dengan bagaimana kemampuan BNI menjaga biaya dana (cost of fund/CoF)pada semester II/2024.

"Kami proyeksikan di kuartal IV/2024 terjadi pengurangan suku bunga, jadi kami melihat ini sebagai positive impact yang bisa memperbaiki sisi cost of fund kami," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper