Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Asuransi Umum di Paruh Kedua 2024, Antara Optimisme dan Tantangan

Geliat perekonomian membawa potensi pertumbuhan industri asuransi pada semester II/2024. Namun, berbagai risiko hingga tingginya klaim jadi tantangan.
Karyawati beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi umum di Jakarta, Rabu (24/7/2024). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi umum di Jakarta, Rabu (24/7/2024). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Industri asuransi umum di Indonesia diperkirakan tetap menunjukkan pertumbuhan positif pada paruh kedua 2024, meskipun terdapat beberapa tantangan yang perlu diwaspadai.

Beberapa faktor seperti penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate, perpanjangan relaksasi Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk sektor properti, serta peningkatan penjualan kendaraan melalui berbagai pameran otomotif menjadi katalis yang mendorong pertumbuhan premi asuransi umum, terutama di sektor properti, kendaraan, dan asuransi kredit.

Menurut Praktisi Manajemen Risiko sekaligus Ketua Umum Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (Kupasi) Wahyudin Rahman, prospek sektor asuransi umum di semester II/2024 didukung oleh beberapa katalis utama. 

"Pemangkasan BI rate akan mengurangi beban pembiayaan dan memperkuat daya beli di sektor properti dan kendaraan. Perpanjangan relaksasi PPN DTP akan meningkatkan aktivitas properti, sementara pameran otomotif mendorong penjualan kendaraan. Ini semua menjadi katalis positif yang mendorong premi asuransi umum," kata Wahyudin saat dihubungi Bisnis pada Jumat (4/10/2024). 

Meskipun terdapat potensi pertumbuhan, sektor ini juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satu di antaranya adalah melemahnya daya beli masyarakat yang tercermin dari deflasi selama empat bulan berturut-turut, serta peningkatan klaim di sektor asuransi kredit dan kesehatan.

"Peningkatan klaim, terutama di asuransi kredit dan kesehatan, dapat memberikan tekanan pada profitabilitas perusahaan asuransi umum," tambahnya. 

Selain itu, perlambatan ekonomi global dan domestik juga dipandang bisa berdampak pada permintaan asuransi, terutama di sektor-sektor yang sangat bergantung pada konsumsi masyarakat.

Menurut data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), klaim asuransi umum mencapai sebanyak Rp22,57 triliun pada semester I/2024. Angka klaim tersebut meningkat 12,1% secara tahunan (year on year/YoY) dari sebelumnya Rp20,12 triliun pada semester I/2023.

Dari total klaim tersebut, asuransi kredit menjadi klaim yang paling tertinggi mencapai Rp8,3 triliun. Angka tersebut naik 35,4% yoy apabila dibandingkan Rp6,13 triliun pada semester I/2023. Klaim asuransi umum tertinggi juga tercatat pada lini bisnis asuransi kendaraan yang klaimnya mencapai sebanyak Rp3,52 triliun. 

Namun untuk kenaikannya hanya sekitar 5,4% (YoY) dari sebelumnya Rp3,34 triliun, cenderung lebih kecil apabila dibandingkan lini bisnis lainnya. Kemudian, disusul asuransi kesehatan yang klaimnya mencapai Rp3,4 triliun, naik 11,8% (YoY) dibandingkan Rp3,04 triliun pada semester I/2023.

Volatilitas Industri Asuransi Umum

Di sisi lain, pengamat asuransi Dedy Kristianto turut memberikan pandangannya terkait potensi dan tantangan yang dihadapi oleh industri asuransi umum pada paruh kedua tahun 2024. 

"Memang kalau kita lihat pada kuartal I/2024 ini, asuransi umum masih memiliki pertumbuhan yang positif. Namun, kita harus tetap waspada karena tingkat penetrasi dan densitas asuransi umum di Indonesia masih tergolong rendah. Potensi untuk berkembang masih sangat besar, tapi terkonsentrasi di sektor yang sangat volatil seperti kendaraan bermotor, properti, dan kredit perbankan," kata Dedy.

Dia juga menyoroti tantangan dari segi profitabilitas. Berdasarkan data historis, lini bisnis asuransi kredit memiliki tingkat profitabilitas yang paling rendah dibandingkan dengan lini bisnis lainnya. Menurutnya ini masih menjadi tantangan besar bagi perusahaan asuransi umum. 

Selain itu, daya beli masyarakat yang menurun akibat deflasi selama empat bulan berturut-turut, ditambah dengan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK), memperburuk situasi ekonomi dan memengaruhi potensi market asuransi.

Dedy juga menyampaikan beberapa faktor yang bisa menjadi pendorong pertumbuhan premi pada semester II/2024, di antaranya adalah perbaikan lingkungan makroekonomi, dukungan kebijakan pemerintah, penurunan suku bunga, serta digitalisasi yang memperkuat saluran distribusi asuransi.

Sementara itu, Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Risiko dan Asuransi (STIMRA) Abitani Taim lebih optimistis dalam menilai prospek sektor asuransi umum pada paruh kedua tahun ini. 

"Penurunan tingkat bunga The Fed telah meningkatkan capital inflow yang cukup besar dan mendorong kegiatan ekonomi di Indonesia. Dengan prospek seperti itu, bisnis asuransi akan ikut menikmati perbaikan ekonomi," ungkap Abitani.

Abitani juga menambahkan bahwa perusahaan asuransi harus mempersiapkan diri dalam menghadapi penerapan PSAK-117 atau IFRS 17. 

"Industri asuransi umum perlu meningkatkan profit margin dan mengevaluasi premi produk asuransi mereka. Beberapa perusahaan mungkin perlu menaikkan premi agar tetap kompetitif dan dapat memenuhi persyaratan baru ini," paparnya.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, strategi perusahaan asuransi yang perlu dilakukan adalah optimalisasi target pasar yang lebih spesifik, atau dikenal sebagai niche market, serta meningkatkan pengalaman pelanggan yang lebih baik. Selain itu, penggunaan teknologi untuk efisiensi operasional dan pengelolaan klaim otomatis juga menjadi langkah strategis penting bagi perusahaan asuransi umum.

Proyeksi Industri Asuransi 2024

Secara keseluruhan, proyeksi pertumbuhan premi bruto asuransi umum di semester II/2024 masih diharapkan berada pada kisaran 10%—15% (YoY). Sektor properti dan kendaraan akan menjadi penopang utama pertumbuhan ini, didukung oleh pemulihan permintaan asuransi kredit pasca pemangkasan suku bunga. Namun, tantangan utama yang perlu diperhatikan adalah jika daya beli masyarakat terus melemah atau jika terjadi lonjakan klaim di sektor-sektor dengan risiko tinggi.

Abitani juga sependapat bahwa prospek pertumbuhan asuransi umum akan tetap positif, meskipun terdapat tantangan signifikan.

"Pertumbuhan ini mungkin tidak akan sekuat di paruh pertama 2024, tetapi dengan langkah-langkah strategis yang tepat, industri asuransi umum bisa menjaga stabilitasnya dan bertumbuh," katanya.

Terakhir Abitani menilai kombinasi strategi diversifikasi produk, peningkatan efisiensi operasional melalui teknologi, serta penguatan portofolio risiko, industri asuransi umum di Indonesia memiliki potensi besar untuk terus berkembang meski menghadapi tantangan ekonomi di sisa tahun 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper