Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asosiasi DPLK Optimistis Perluasan Peserta Perkuat Dana Pensiun Sukarela

Asosiasi DPLK optimistis perluasan peserta dapat memperkuat dana pensiun sukarela meski ada ketimpangan liabilitas dan iuran. Fokus pada manajemen risiko dan tata kelola.
Karyawati beraktivitas di kantor Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) di Jakarta. Bisnis
Karyawati beraktivitas di kantor Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) di Jakarta. Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA –

Industri dana pensiun sukarela menunjukkan tanda-tanda tekanan struktural akibat ketimpangan antara pertumbuhan liabilitas dan iuran peserta. Ketua Umum Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Tondy Suradiredja mengungkapkan, kondisi tersebut bisa memicu risiko asset-liability mismatch dan melemahkan ketahanan pendanaan jangka panjang.

"Pertumbuhan iuran dana pensiun sukarela yang melambat menjadi 1,92% YoY per Mei 2025 dibandingkan liabilitas manfaat pensiun yang tumbuh lebih cepat sebesar 4,64% YoY mencerminkan potensi asset-liability mismatch. Hal ini dapat meningkatkan risiko pendanaan jika iuran tidak cukup untuk menutup liabilitas di masa depan," kata Tondy kepada Bisnis, Selasa (29/7/2025).

Dia menambahkan bahwa ketimpangan tersebut turut mencerminkan tantangan kinerja investasi yang belum optimal. Kesenjangan antara liabilitas dan iuran memperbesar tekanan, khususnya bagi program manfaat pasti yang sensitif terhadap asumsi aktuaria.

Selain itu, tren perlambatan iuran juga mengindikasikan penurunan partisipasi peserta. Tondy mencatat, "penurunan jumlah peserta dana pensiun sukarela, seperti pada DPLK yang turun 1,2% YoY dan DPPK-PPMP yang turun 4,1% YoY per Desember 2024 berkontribusi pada perlambatan iuran, sehingga memperburuk ketimpangan dengan liabilitas yang terus meningkat."

Tak hanya itu, faktor demografis juga ikut memperkuat tekanan terhadap liabilitas. "Pertumbuhan liabilitas yang lebih cepat juga dapat mencerminkan pergeseran struktur demografi Indonesia menuju populasi lansia, yang meningkatkan kebutuhan manfaat pensiun di masa depan, sementara iuran peserta aktif tidak bertumbuh sebanding," tegasnya.

Meski demikian, Tondy menilai ketahanan industri masih berada pada posisi stabil. Per Mei 2025, total investasi dana pensiun sukarela masih tumbuh 5,36% YoY menjadi Rp378,67 triliun. Pertumbuhan ini ditopang oleh net inflow iuran yang masih lebih tinggi dibanding pembayaran manfaat.

Namun dia mengingatkan, tren jangka panjang tetap harus diwaspadai. Diperlukan langkah strategis dalam manajemen asset-liability matching agar keseimbangan antara aset dan kewajiban tetap terjaga, terutama dalam program manfaat pasti yang membutuhkan kontribusi tambahan saat hasil investasi di bawah ekspektasi.

Lebih jauh, Tondy menekankan pentingnya penguatan tata kelola. Menurutnya, regulator juga memiliki peran penting dalam memastikan efisiensi operasional dana pensiun. "Dalam hal ini, OJK sebagai regulator menurutnya telah dan terus mendorong penguatan manajemen risiko dan tata kelola untuk memastikan operasional dana pensiun lebih efisien, yang krusial untuk menjaga ketahanan dana kelolaan."

Di sisi lain, perluasan basis peserta juga menjadi peluang untuk memperkuat ketahanan dana. "Ada juga potensi pertumbuhan peserta informal yang harus dimanfaatkan. OJK melihat peluang peningkatan ketahanan melalui penetrasi ke pekerja informal yang jumlahnya mencapai 58% dari angkatan kerja. Ini dapat memperluas basis iuran dan memperkuat dana kelolaan," pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro