“Karena perusahaan pembiayaan sendiri kan masih banyak yang pemegang saham lokal, yang modalnya sendiri, yang kalau mau ekspansi butuh lebih besar. Tentu sebagai pemain besar masuk, nanti bergabung sama pemegang saham lokalnya tentu akan bisa bersinergi,” kata Suwandi.
Di sisi lain, Praktisi dan Pengamat Industri Pembiayaan dan Otomotif Jodjana Jody mengatakan akuisisi multifinance merupakan fenomena wajar. Terlebih menurutnya, ke depan akan ada kewajiban untuk memperkuat modal dan tata kelola. “Multifinance yang merasa berat memenuhi beberapa aspek kewajiban modal dan kepatuhan tentu harus mencari partner strategis agar usahanya bisa berjalan,” kata Jodjana.
Baru-baru ini, perusahaan multifinance Tez Capital and Finance resmi diakuisisi oleh perusahaan jasa keuangan asal Jepang, Business Partner Co., Ltd. Chairman dan Founder Tez Capital, Arwin Rasyid, mengonfirmasi bahwa akuisisi tersebut telah selesai, dengan Business Partner Co., Ltd. mengambil alih 85% saham, sementara 15% sisanya tetap dipegang Tez Capital.
Kemudian, Bosowa Multi Finance akan diakuisisi oleh Fintech Amartha. Raksasa keuangan jepang lainnya, MUFG telah menguasai Adira Finance melalui akuisisi Bank Danamon pada 2018. MUFG juga mencaplok Home Credit Indonesia pada akhir 2023.
Selanjutnya, pada triwulan I/2024 raksasa ini melalui entitas Adira Finance menyelesaikan pembelian Mandala Finance. Lalu, Bank BTPN mengakuisisi leasing Oto Multiartha dan Summit Oto Finance sebanyak Rp6,55 triliun.