Bisnis.com, JAKARTA – Perbankan bakal menghadapi tekanan seiring upaya Bank Indonesia yang terus mengoptimalkan instrumen Sekuritas Rupiah BI (SRBI) untuk mendorong inflow atau arus masuk modal asing yang bertujuan
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan hal ini tentu membuat bank makin berat untuk menurunkan suku bunga kredit.
Hal ini wajar, mengingat dengan Sekuritas Rupiah BI (SRBI) yang menawarkan imbal hasil yang menarik, bank harus mempertahankan suku bunga simpanan yang kompetitif agar deposan tidak memindahkan dananya ke SRBI.
Ketika suku bunga simpanan tetap tinggi, biaya dana (cost of funds) bank meningkat. Akibatnya, bank akan sulit menurunkan suku bunga kredit karena margin keuntungan mereka akan tertekan. Jadi, tingkat suku bunga simpanan secara langsung memengaruhi suku bunga kredit.
“Likuiditas akan banyak ke BI terutama dana pihak ketiga [DPK],” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (21/11/2024).
Dengan demikian, berkurangnya DPK di bank berarti likuiditas menjadi lebih ketat. Ketika likuiditas terbatas, bank memiliki ruang yang lebih kecil untuk menyalurkan kredit.
Baca Juga
Sebagaimana diketahui, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan SRBI menjadi salah satu instrumen yang dapat menahan depresiasi rupiah tidak semakin dalam.
Perry menyampaikan meski rupiah mengalami depresiasi sebesar 2,74% sepanjang tahun ini (hingga 19 November) dari akhir 2023, namun tidak sedalam mata uang negara lain seperti dolar Taiwan, peso Filipina, dan won Korea yang masing-masing terdepresiasi sebesar 5,26%, 5,83%, dan 7,53%.
Tercatat, Suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan tanggal 15 November 2024 tercatat masing-masing pada level 6,79%, 6,85%, dan 7,07%, tetap menarik untuk mendukung aliran masuk modal asing.
Posisi tersebut lebih tinggi dari suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan tanggal 11 Oktober 2024 tercatat masing-masing pada level 6,69%, 6,79%, dan 6,84%.
Sementara itu, pada Oktober 2024, suku bunga deposito 1 bulan tercatat sebesar 4,73%. Bunga ini turun tipis dari bunga deposito bulan lalu, yaitu September 2024 yang tercatat sebesar 4,75%.