Direktur Utama IdScore Tan Glant Saputrahadi menyoroti pertumbuhan kartu kredit yang hanya mencapai di bawah 5%. Dengan capaian tersebut, dia menjelaskan bahwa sebagian besar bank, kecuali beberapa bank besar, telah berupaya menjaga rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) untuk mengendalikan biaya operasional dan meningkatkan efisiensi.
“Cost operasional perlu dijaga agar tetap selaras dengan skala bisnis, terutama untuk segmen menengah, sehingga masih ada indikasi positif meskipun pertumbuhan rate-nya cukup kecil untuk sebuah bisnis perbankan,” kata Glant.
Glant menambahkan ada beberapa hal yang membuat BNPL lebih banyak diminati. Beberapa di antaranya adalah fleksibilitas, kenyamanan, promo menarik, kemudahan, UI UX yang relevan dengan anak muda, serta terintegrasi dengan online merchant atau e-commerce.
Hingga November 2024, IdScore mencatat portofolio kredit BNPL mencapai Rp35,14 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 24,53% apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Bank digital menjadi lembaga jasa keuangan yang banyak menyalurkan kredit dengan portofolio senilai Rp11,66 triliun dengan pertumbuhan 8,24% yoy. Kemudian disusul bank umum dengan pertumbuhan sebesar 67,24% yoy yakni Rp8,48 triliun.
Penyelenggara BNPL Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) pertumbuhannya sebesar 13,78% yoy mencapai Rp7,35 triliun. Lalu perusahaan pembiayaan portofolio kreditnya mencapai Rp7,08 triliun dengan pertumbuhan 36,17%.