Membangun Kesetaraan Peluang Untuk Indonesia yang Lebih Kuat

Meritokrasi adalah sistem di mana setiap individu memperoleh kesempatan dan penghargaan sesuai dengan kemampuan dan usaha mereka tanpa bias apapun
Foto: Membangun Kesetaraan Peluang Untuk Indonesia yang Lebih Kuat
Foto: Membangun Kesetaraan Peluang Untuk Indonesia yang Lebih Kuat

Bisnis.com, JAKARTA - Meritokrasi adalah sistem di mana setiap individu memperoleh kesempatan dan penghargaan sesuai dengan kemampuan dan usaha mereka tanpa bias apapun, termasuk gender, latar belakang, atau identitas lainnya. Dalam sistem meritokrasi, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan meraih kesuksesan berdasarkan kapasitas dan usaha mereka.

Kolumnis Bloomberg, Adrian Wooldridge, dalam artikelnya yang terbit pada 16 Mei 2021 berjudul Meritocracy, Not Democracy, Is the Golden Ticket to Growth, menyebutkan bahwa meritokrasi adalah tiket emas mencapai pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, riset dari UN Women juga menunjukkan bahwa pemanfaatan tenaga kerja perempuan yang kurang dapat menghasilkan kerugian hingga 27% dari PDB di beberapa wilayah dunia, menunjukkan pentingnya meritokrasi dalam pembangunan ekonomi nasional.

Pertumbuhan ekonomi berhasil didorong melalui sistem meritokrasi yang memberikan kesempatan setara dan penilaian berdasarkan kinerja individu. Hal ini terbukti efektif dalam mendorong inovasi dan kreativitas dalam bisnis. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Accenture, kekuatan budaya kesetaraan di tempat kerja sangat mendorong pola pikir inovasi karyawan, yang memiliki dampak lebih besar daripada faktor usia atau jenis kelamin dan mengarah pada peningkatan inovasi di semua industri dan negara.

Salah satu poin yang dapat menjadi contoh dalam meritokrasi adalah kesetaraan gender, di mana laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama sehingga dapat bersaing dengan adil. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan dalam kesetaraan gender. Contohnya, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan pada 2023 hanya 54,52%, jauh di bawah laki-laki yang mencapai 84,26%; keterwakilan perempuan di legislatif masih rendah, yaitu 22,14% dibandingkan laki-laki yang mencapai 77,86%; dan persentase penduduk dengan pendidikan SMA ke atas untuk perempuan mencapai 37,60%, sementara laki-laki mencapai 42,62%. Meskipun demikian, Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Indonesia terus membaik dalam periode 2018-2023 dari 0,499 menjadi 0,447.

Membangun Kesetaraan Peluang Untuk Indonesia yang Lebih Kuat

Selain itu, masih banyak mitos yang berkembang di Indonesia mengenai peran gender. Salah satunya adalah mitos bahwa tanggung jawab rumah tangga hanya milik perempuan. Padahal, tugas rumah tangga yang dikerjakan bersama oleh suami dan istri meningkatkan kesejahteraan keluarga dan memberikan ruang bagi perempuan untuk berkontribusi secara optimal di ranah publik.

Mitos lainnya adalah anggapan bahwa pekerjaan tertentu hanya untuk laki-laki. Faktanya, kemampuan tidak ditentukan oleh gender. Padahal perempuan yang diberikan kesempatan yang sama juga dapat berprestasi setara dalam bidang yang secara tradisional didominasi laki-laki, seperti teknik, konstruksi, dan transportasi.

Selain itu, masih ada mitos bahwa perempuan tidak cocok menjadi pemimpin. Padahal, penelitian yang dilakukan oleh Jorge Tamayo dari Harvard Business School yang menemukan bahwa manajer wanita memiliki keunggulan tersembunyi dalam bentuk kemampuan membangun hubungan (rapport) yang lebih baik dengan tim, terutama tim dengan gender campuran. Temuan ini menggarisbawahi pentingnya meningkatkan keterwakilan wanita di tingkat manajerial, karena saat ini hampir semua industri dan wilayah dunia masih didominasi perspektif laki-laki.

PERCEPATAN AKSI

Tahun ini, peringatan Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day) mengangkat tema Accelerate Action, yang menekankan pentingnya mempercepat tindakan untuk mencapai kesetaraan gender. Kampanye ini mengajak semua pihak untuk melakukan langkah konkret dalam mengurangi kesenjangan gender di berbagai bidang.

Data dari McKinsey Global Institute menyebutkan kesetaraan gender memiliki manfaat ekonomi signifikan, dengan potensi tambahan US$185 miliar untuk PDB Indonesia pada 2030 jika diterapkan.

Meritokrasi juga mendorong terciptanya lingkungan kerja di mana keragaman dihargai dan kontribusi diakui berdasarkan kualitas, bukan karakteristik pribadi. Lingkungan seperti ini meningkatkan kreativitas, inovasi, dan pemecahan masalah yang lebih baik. Selain itu, sistem meritokrasi memberikan insentif bagi setiap individu untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan mereka secara maksimal, meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara keseluruhan.

Dosen Antropologi FISIP Unair Pinky Saptandari penerapan sistem meritokrasi membawa banyak manfaat. Apabila sistem ini berjalan, seluruh populasi dengan kualitas yang baik dapat berpartisipasi secara optimal dalam perekonomian.

Saptandari berpendapat untuk dapat mewujudkan meritokrasi, perlu ada transformasi kultural yang diikuti transformasi struktural. “Perlu ada komitmen dan goodwill yang kuat. Mulai dari komunitas kecil kemudian baru ke lingkup yang lebih besar karena meritokrasi ini dapat terwujud apabila dijalankan secara holistik,” tuturnya.

Salah satu gerakan untuk memulai mewujudkan meritokrasi adalah #BaiknyaBarengBareng yang diinisiasi oleh OCBC dengan mendukung kesetaraan peluang tanpa adanya bias apapun. Gerakan ini bertujuan membangun kesadaran tentang pentingnya meritokrasi dan kesetaraan gender dalam menciptakan Indonesia yang lebih kuat dan maju.

Partner and Leader of People & Organizational Performance Practice SouthEast Asia McKinsey & Company Phillia Wibowo menyebutkan dalam riset yang dilakukan oleh McKinsey, perusahaan yang memiliki 3 atau lebih perempuan dalam executive level, senior management dan board members cenderung memiliki kesehatan organisasi yang lebih baik dan juga performa keuangan yang lebih baik.

“Ini mencerminkan bukan perempuannya tetapi diversity is good for cooperation. Karena ada keseimbangan di sana,” jelasnya.

Aleta Hanafi, Brand and Communication OCBC mengatakan gerakan ini merupakan bagian dari aspirasi OCBC untuk memberikan inspirasi bahwa untuk dapat maju, perlu adanya kesempatan bagi semua untuk dapat saling berkontribusi tanpa terpengaruh bias apapun, termasuk gender. Dengan demikian, kesempatan dalam peluang dan akses akan sama terbuka bagi setiap individu dan kesetaraan tersebut dapat memberikan manfaat luas baik bagi individu, keluarga, lingkungan, bisnis serta bangsa. 

“Kesetaraan bukan perjuangan satu gender melawan yang lain, tetapi upaya bersama untuk memastikan setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi dan berkembang. Dengan #BaiknyaBarengBareng, kita dapat mengubah paradigma dan membangun masyarakat lebih maju," katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper