Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) merilis peningkatan pengguna layanan beli sekarang bayar nanti (paylater) pada pekan liburan Idulfitri 2025.
Hera F. Haryn, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA mengatakan peningkatan penggunaan paylater didorong oleh tren peningkatan konsumsi serta mobilitas masyarakat. Namun demikian, Hera tidak menyebutkan secara detail pertumbuhan penggunaan paylater BCA.
Dari data terakhir, outstanding paylater BCA mencapai Rp356 miliar atau naik sekitar 96% secara tahunan (year-on-year/YoY) hingga Maret 2025.
"NPL paylater BCA juga tetap terjaga dengan baik, seiring komitmen BCA dalam penyaluran kredit yang pruden," kata Hera kepada Bisnis, Kamis (10/4).
Hera menegaskan perusahaan selalu mempertimbangkan prinsip-prinsip kehati-hatian dengan penerapan manajemen risiko yang disiplin dalam layanan paylater BCA. "Sejak diluncurkan pada Oktober 2023, kami melihat animo yang tinggi dari masyarakat terhadap paylater BCA," ujarnya.
Dia turut mengatakan, paylater BCA menegaskan komitmen perusahaan untuk memperkuat ekosistem digital melalui layanan perbankan sesuai kebutuhan nasabah.
Baca Juga
Otoritas Jasa Keuangan sebelumnya menyampaikan bahwa penggunaan paylater menurut data OJK menunjukkan outstanding paylater atau Buy Now Pay Later (BNPL) pada perbankan sebesar Rp22,57 triliun per Januari 2025.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengatakan angka pinjaman paylater masyarakat meningkat hingga 46,45% secara tahunan atau year-on-year (YoY) pada Januari 2025. Jika dibandingkan dengan Desember 2024, peningkatan pinjaman paylater yakni 43,76%.
“Jumlah rekening BNPL perbankan juga terus meningkat pada Januari 2025, mencapai 24,44 juta pengguna, dibandingkan Desember 2024 yang sebanyak 23,99 juta pengguna,” kata Dian dalam Konferensi Pers RDK, Selasa (4/3/2025).
Dian juga menjabarkan bahwa rasio kredit macet (NPL) produk buy now pay later perbankan sebesar 0,29%. Sementara itu, kredit perbankan tumbuh 10,27% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp7.782 triliun di Januari 2025.