Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AdaKami Beberkan Tantangan Shifting Pasar Konsumtif ke Pinjaman Produktif

Sebanyak 48 dari 97 perusahaan pinjol atau fintech P2P lending fokus pada pembiayaan konsumtif, salah satunya AdaKami.
Ilustrasi Pinjol AdaKami mendapat sertifikat ISO 27001: 2023 soal keamanan data./ AdaKami.com
Ilustrasi Pinjol AdaKami mendapat sertifikat ISO 27001: 2023 soal keamanan data./ AdaKami.com

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan fintech peer-to-peer (P2P) lending PT Pembiayaan Digital Indonesia atau AdaKami sampai saat ini masih fokus pada penyaluran pinjaman konsumtif.

Brand Manager AdaKami Jonathan Kriss menjabarkan total pinjaman yang disalurkan AdaKami per kuartal I/2025 sebesar Rp3,94 triliun, di mana semua pinjaman tersebut adalah pinjaman konsumtif.

"Semua konsumtif, secara izin kami tidak diperkenankan untuk mendanai yang sifatnya produktif. Namun, kalau ditanya user kami, dipakai buat apa pinjaman, ada porsi hampir 40% yang bilang untuk modal usaha, tapi treatment semuanya untuk pendanaan konsumtif," kata Jonathan, dikutip pada Rabu (23/4/2205). 

Seperti diketahui saat ini regulator mendorong pinjaman online porsinya lebih besar untuk sektor produktif. Peta Jalan Penguatan Industri P2P lending 2023—2028 menargetkan porsi pinjaman produktif sebesar 40%—50% pada rentang waktu 2025—2026. Per Februari 2025 presentasenya baru mencapai 36,53%. 

Sementara dari dari jumlah pemain, sebanyak 48 dari 97 perusahaan penyelenggara P2P lending fokus di pendanaan multiguna atau konsumtif, salah satunya adalah AdaKami.

Jonathan mengatakan sudah ada sosialisasi dari OJK bahwa perusahaan P2P lending yang memiliki izin sebagai penyalur pinjaman konsumtif dapat berpartisipasi melakukan penyaluran pinjaman produktif. 

Dia menegaskan ketentuan ini adalah pilihan, belum menjadi kewajiban dari OJK. Hanya saja, menurutnya pengalihan pinjaman konsumtif ke pinjaman produktif ini tidak mudah.

"Kita semua mengerti bahwa nature bisnis sangat beda antara konsumtif dan produktif. Dari sisi operasional ini dua-duanya berbeda. Kami terbiasa kalau melalukan proses know your customer (KYC) dalam proses paling lama 5 menit, keluar data, tidak ada isu. Tapi kalau kita produktif tidak bisa sepertinya kalau 5 menit karena variabelnya banyak yang harus dicek," ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper