Bisnis.com, JAKARTA – PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN) yang dikendalikan crazy rich Garibaldi 'Boy' Thohir, mencatat sampai dengan triwulan I/2025 membukukan pertumbuhan aset 6,3% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi sebesar Rp25,7 triliun.
Sutadi, Presiden Direktur BFI Finance menjelaskan peningkatan ini terkontribusi oleh kenaikan piutang dikelola atau managed receivables sebesar 12,8% YoY dengan total Rp25,4 triliun. Selain itu, piutang pembiayaan bersih atau net receivables terkumpul sebesar Rp22,8 triliun yang juga mengalami kenaikan sebesar 7,6% YoY.
Untuk income statement, BFI Finance menorehkan total pendapatan senilai Rp1,7 triliun dengan kenaikan sebesar 6,8% YoY disertai capaian laba bersih sebesar Rp405,5 miliar, meningkat 12,2% secara YoY.
"Sejauh ini secara garis besar, tantangan industri multifinace adalah pertumbuhan yang melambat yang disebabkan daya beli masyarakat yang tertahan dan cenderung turun, ketidakstabilan harga komoditas dan peningkatan resiko kredit menjadi isu yang perlu diantisipasi lebih lanjut," kata Sutadi kepada Bisnis, Sabtu (26/4/2025).
Sutadi melanjutkan, selama 3 bulan pertama 2025 ini perusahaan mencatat nilai pembiayaan baru sebesar Rp5,9 triliun atau tumbuh 23,6% YoY. Peningkatan penyaluran pembiayaan baru ini tertinggi berasal dari segmenpembiayaan berjaminan BPKB roda empat sebesar 31,3% YoY.
Adapun porsi piutang dikelola masih didominasi oleh pembiayaan berjaminan BPKB roda empat dan roda dua sebesar 60,%, pembiayaan untuk pengadaan kendaraan roda empat bekas dan baru sebesar 16,3%, pembiayaan alat berat dan mesin sebesar 14,8%, pembiayaan berjaminan sertifikat properti 4,9% dan pembiayaan syariah serta lainnya sebesar 4,0%.
Baca Juga
Dari segi tujuan pembiayaan atau purpose of financing, piutang dikelola perusahaan paling banyak tercatat untuk pembiayaan modal kerja dan investasi senilai Rp19,8 triliun, diikuti oleh pembiayaan multiguna sebanyak Rp4,8 triliun dan pembiayaan syariah sebesar Rp784,8 miliar.
Terlepas dari pertumbuhan tersebut, dia mengatakan perusahaan tetap waspada dalam mengelola kualitas portofolionya dengan melakukan peningkatan kendali terhadap underwriting kredit dan juga membangun kapabilitas collection yang kuat.
"Strategi BFI Finance menghadapi tantangan di tahun ini di antaranya adalah seperti diversifikasi produk dan jalur akuisisi. Selain itu, perusahaan juga tetap waspada dalam mengelola kualitas portofolio dengan melakukan peningkatan kendali terhadap kualitas kredit dan juga membangun kapabilitas penagihan yang kuat," ujarnya.
Sampai akhir Maret 2025, rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) masih aman berada di bawah 1,50%, yakni sebesar 0,22% untuk NPF neto dan 1,30% untuk NPF bruto dengan cakupan penyisihan 2,8 kali.
"Persentase NPF ini masih lebih baik dibandingkan rerata NPF neto industri yang berada di posisi 0,92% dan NPF bruto sebesar 2,87% per Februari 2025," tegasnya.
Sementara itu, per Maret 2025 Return on Asset (ROA) tercatat sebesar 8,0% atau naik 50 bps. Sementara Return on Equity (RoE) sebesar 15,5% atau lebih tinggi 60 bps dibandingkan per Maret 2024. Sedangkan gearing ratio terpantau sebesar 1,2 kali.
Sutadi menambahkan, per kuartal I 2025 BFI Finance telah melakukan pelunasan Obligasi yang jatuh tempo, yakni Obligasi Berkelanjutan V Tahap III Tahun 2023 Seri B senilai Rp227 miliar.
"Berdasarkan hasil pemeringkatan dari Fitch Ratings Indonesia per Februari 2025, BFI Finance pertahankan Peringkat AA-(idn) prospek Outlook Stabil," pungkasnya.