Bisnis.com, JAKARTA — PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia (ACPI) mengambil langkah hati-hati dalam menjalin kerja sama dengan badan usaha selain bank (BUSB), terutama perusahaan pembiayaan, sebagai kanal distribusi pendapatan premi pada tahun ini.
Wakil Presiden Direktur ACPI Nicolaus Prawiro menjelaskan selama semester I/2025, pendapatan premi ACPI dari kanal BUSB mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sebaliknya, pendapatan premi dari kanal bancassurance masih menunjukkan kestabilan, bahkan mengalami sedikit peningkatan meski tidak signifikan.
"Karena kita semua tahu, penjualan mobil yang menurun dan ada kenaikan non performing financing (NPF) di perusahaan pembiayaan, sehingga perusahaan pembiayaan lebih hati-hati lagi dalam menyalurkan pembiayaannya," jelas Nico kepada Bisnis, Kamis (31/7/2025)..
Kondisi industri multifinance turut memengaruhi kinerja kanal BUSB. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), piutang pembiayaan pada periode Januari–Mei 2025 hanya tumbuh 2,83% year on year (YoY) menjadi Rp504,58 triliun, melambat dibandingkan April 2025 yang tumbuh 3,67% YoY sebesar Rp504,18 triliun.
Dari sisi kualitas kredit, NPF gross industri multifinance per Mei 2025 naik menjadi 2,57%, dibandingkan posisi April 2025 yang sebesar 2,43%. Perlambatan juga terlihat pada pembiayaan kendaraan baru yang menyusut 0,24% YoY menjadi Rp234,18 triliun. Sebaliknya, pembiayaan kendaraan bekas justru tumbuh 10% YoY menjadi Rp117,55 triliun.
Lesunya pasar otomotif menjadi faktor yang membatasi pertumbuhan bisnis asuransi kendaraan bermotor, yang selama ini banyak menggandeng mitra leasing. Meski demikian, ACPI memproyeksikan adanya perbaikan kinerja pada kuartal IV/2025.
Baca Juga
"Seiring dengan kondisi geopolitik yang sudah mulai stabil, penyerapan APBN yang lebih besar, bisa mendorong konsumsi masyarakat dan menggerakkan roda perekonomian. Kami optimis prospek BUSB dan bank akan semakin membaik mulai Q4/2025 ini," kata Nico.
Dengan prospek pemulihan tersebut, ACPI tetap akan mendorong pertumbuhan premi dari kedua kanal utama, baik bancassurance maupun perusahaan pembiayaan non-bank.
"Kami mengharapkan pemerintah atau regulator OJK bisa memberikan stimulus atau kebijakan yang membantu perkembangan industri, khususnya industri asuransi umum," tambahnya.
Menariknya, kinerja premi ACPI pada semester I/2025 berlawanan arah dengan tren industri asuransi umum secara agregat. Data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat premi dari kanal bancassurance sepanjang 2023 mencapai Rp6,78 triliun (6,8% dari total premi), tetapi turun drastis 27,4% YoY menjadi Rp4,93 triliun (4,7%) pada 2024.
Sementara itu, premi dari kanal leasing justru tumbuh 1,1% YoY menjadi Rp15,15 triliun (14,6% dari total premi) pada 2024. Berdasarkan data kuartal I/2025, kanal bancassurance hanya menyumbang 4,4% dari total premi asuransi umum, sedangkan kanal BUSB atau leasing menyumbang 13,5%.