Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Allianz Syariah: Tantangan Literasi dan Daya Beli Hambat Kinerja Industri pada Awal 2025

Indeks literasi asuransi syariah yang rendah, ditambah kondisi daya beli yang sedang tertekan membawa pengaruh bagi performa perusahaan asuransi syariah.
Pekerja menggunakan gondola beraktivitas di dekat logo Asuransi Allianz di Jakarta. / Bisnis-Himawan L Nugraha
Pekerja menggunakan gondola beraktivitas di dekat logo Asuransi Allianz di Jakarta. / Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja industri asuransi syariah pada awal tahun menunjukkan lampu kuning. Tren industri tersebut turut tercermin dari kinerja PT Asuransi Allianz Life Syariah Indonesia atau Allianz Syariah, yang pada kuartal I/2025 mengalami kontraksi laba setelah pajak walaupun bisnis usaha asuransinya tumbuh.

Direktur Allianz Life Syariah Indonesia Vinny Anwar mengatakan industri asuransi syariah di Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang besar, tetapi masih menghadapi beberapa tantangan signifikan. 

"Salah satunya adalah rendahnya indeks literasi asuransi syariah, yang hanya sebesar 9,47% pada tahun 2024 dan kondisi ekonomi yang juga turut memengaruhi industri ini karena berdampak terhadap daya beli masyarakat," kata Vinny kepada Bisnis, dikutip pada Jumat (30/5/2025).

Sebagai langkah untuk mengatasi tantangan ini, sambungnya, Allianz Syariah terus aktif berpartisipasi dalam upaya meningkatkan literasi dan inklusi asuransi syariah di masyarakat. 

"Kami bekerja sama dengan Dewan Pengawas Syariah dan regulator untuk mensosialisasikan Fatwa Halal MUI tentang asuransi syariah, serta menjelaskan manfaat dan prinsip yang terkandung dalam produk-produk kami," tegasnya. 

Selain itu, Vinny mengatakan Allianz Syariah juga mengadakan kegiatan literasi untuk pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum guna mengenalkan berbagai produk perlindungan syariah yang sesuai dengan kebutuhan mereka dalam menghadapi risiko kehidupan. 

"Meskipun terdapat tantangan, namun dengan strategi ini Allianz Syariah optimis dapat mempercepat pertumbuhan dan mengatasi tantangan yang ada, sekaligus memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar asuransi syariah di Indonesia," pungkasnya," pungkasnya.

Sebelumnya, Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Risiko dan Asuransi (STIMRA) Abitani Taim menjelaskan sumber kerugian industri asuransi syariah di awal tahun ini salah satunya adalah akibat dari melemahnya pendapatan investasi akibat peŕang tarif yang diinisiasi oleh Amerika Serikat.

"Dengan meredanya perang tarif antara USA dan RRC ada harapan prospek asuransi syariah akan membaik seiring dengan membaiknya perekonomian dunia dan Indonesia," kata Abitani.

Berdasarkan data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), usaha asuransi jiwa syariah per Februrari 2025 mencatatkan rugi Rp542,66 miliar. Sedangkan, asuransi umum syariah mengalami koreksi laba usaha asuransi sebesar 52% (year on year/YoY) menjadi Rp55,61 miliar.

Sementara untuk kinerja laba rugi, asuransi jiwa syariah per Februari 2025 mencatat rugi setelah pajak sebesar Rp180,02 miliar, sedangkan asuransi umum syariah mencatatkan kontraksi laba setelah pajak sebesar 20,7% menjadi Rp79,88 miliar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper