Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asosiasi Ungkap Penyebab Ekuitas dan Hasil Investasi Industri Kontraksi

Asosiasi pialang asuransi menjelaskan alasan ekuitas dan hasil investasi industri terkontraksi.
Ilustrasi asuransi. / mhibroker.com
Ilustrasi asuransi. / mhibroker.com

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Perusahaan Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (Apparindo) menjelaskan penyebab ekuitas dan hasil investasi industri masing-masing tekontraksi 15,5% dan 31% (year on year/YoY) pada periode Januari—Februari 2025.

Ketua Umum Apparindo Yulius Bhayangkara menjelaskan salah satu faktornya adalah implementasi IFRS 17 atau International Financial Reporting Standard 17 yang berlaku 1 Januari 2025.

"Penerapan IFRS 17 berkenaan menerapkan early revenue and liability recognition, early reinsurance claim submission, dan penguatan pencadangan," jelas Yulius kepada Bisnis, Kamis (12/6/2025).

Faktor kedua, Yulius melihat bahwa secara nasional memang industri asuransi dan reasuransi sedang mencatatkan kinerja yang negatif.

Ketiga, ada perusahaan reasuransi lokal yang mencatatkan kerugian yang sangat besar sehingga secara agregat menekan seluruh performa industri reasuransi.

Kemudian yang keempat, adalah faktor instrumen investasi sedang tidak berada pada performa margin yang meuaskan.

"Mohon dicatakan bahwa penempatan investasi industri perasuransian di atur ketat agar bisa mencatatkan rasio RBC [risk based capital] yang ditetapkan regulator," ujarnya.

Menghadapi situasi tersebut, Yulius berharap strategi investasi yang akan diambil perusahaan reasuransi harus comply dengan aturan dan kaidah pengelolaan risiko yang baik. 

Sedangkan untuk ekuitas, Yulius memahami industri memang belum terbiasa untuk melakukan strategi peningkatan ekuitas dengan agresif dan unik. Oleh sebab itu, strategi yang kemungkinan harus diambil adalah melakukan merger and acquisiton (M&A) dan penambahan modal dari pemilik lama maupun baru.

"Secara komersial sudah saatnya industri asuransi melakukan pengembangan produk baru yang mensasar pasar baru yang belum dijamah mengingat besarnya potensi pasar Indonesia yang sangat besar dan belum tereksplor secara masif. Rencana komersial yang tepat akan mengembangkan perusahaan asuransi secara organik yang sehat dan berujung pada tingkat ekuitas yang aman," pungkasnya.

Sebagai informasi, berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam periode Januari—Februari 2025 jumlah ekuitas industri reasuransi mengalami koreksi 15,5% (YoY) menjadi Rp7,13 triliun. Sedangkan, hasil investasi reasuransi turun 31% (YoY) menjadi Rp152,55 miliar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper