Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Amartha Ungkap Taktik Jaga Kualitas Penyaluran Kredit di Kawasan Indonesia Timur

Salah satu portofolio Amartha di sana adalah di Nusa Tenggara. Sebesar 60% pembiayaan Amartha saat ini berada di luar Pulau Jawa.
Logo Amartha/amartha.com
Logo Amartha/amartha.com

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan penyelenggara fintech P2P lending, PT Amartha Mikro Fintech (Amartha) menjadi satu dari 20 lebih platform P2P lending yang memiliki portofolio penyaluran pinjaman di Indonesia Timur. Pembiayaan yang disalurkan Amartha fokus pada sektor produktif usaha skala mikro dan ultra mikro.

Harumi Supit, VP Public Relations Amartha, mengatakan salah satu portofolio Amartha di sana adalah di Nusa Tenggara. Sebesar 60% pembiayaan Amartha saat ini berada di luar Pulau Jawa.

"Amartha sebagai penyedia layanan keuangan digital bagi segmen akar rumput, telah menjangkau lebih dari 50.000 desa di Indonesia yang tersebar di pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara dan Kalimantan. Untuk mengakselerasi pemerataan akses keuangan, lebih dari 60% portofolio Amartha tersebar di luar pulau Jawa," kata Harumi kepada Bisnis, Rabu (11/6/2025).

Harumi menjelaskan bahwa dalam menjaga kualitas portofolionya, Amartha menerapkan tata kelola yang kuat, mulai dari penggunaan teknologi kecerdasaan buatan (AI) dalam mengukur profil risiko sampai menggunakan tenaga penyuluh lapang.

"Ada pendampingan oleh 9.000 lebih tenaga lapangan, pendekatan berbasis komunitas dan bisnis yang tetap fokus pada kebutuhan segmen akar rumput," ujarnya.

Dengan pengalaman lebih dari 15 tahun, ujarnya, teknologi yang dikembangkan Amartha tidak hanya sekadar canggih tetapi juga didasari oleh pemahaman mendalam akan kebutuhan dan profil segmen akar rumput yang beragam. 

"Dengan pendekatan ini, Amartha optimis dapat terus menjangkau jutaan UMKM akar rumput di Indonesia," ujarnya.

Sementara itu, Chief Risk and Sustainability Officer Amartha Aria Widyanto mengatakan Indonesia Timur adalah pasar potensial bagi industri fintech P2P lending menyalurkan pembiayaan.

"Kami lihat potensi Indonesia Timur sangat baik. Di tengah pelemahan ekonomi global ternyata pelaku usaha mikro yang bisa kita lihat di sini, seperti penjual jamu hingga pie susu masih tetap berkembang karena sudah terpapar dengan informasi pengelolaan bisnis yang baik, ditambah akses permodalan dari Amartha," kata Aria.

Menanggapi anggapan bahwa di tengah situasi pelemahan ekonomi pembiayaan produktif lebih berisiko sehingga kurang menguntungkan dibanding pembiayaan konsumtif, Aria justru memandang hal yang sebaliknya.

"Kalau konsumtif tidak ada jaminan modal dipakai untuk hasilkan uang. Kalau produktif justru risikonya lebih rendah karena uanganya dipakai sesuatu untuk hasilkan penghasilan. Jadi, kenapa Amartha fokus di produktif karena sebenarnya risikonya lebih rendah dibandingkan konsumtif," pungkasnya.

Sebelumnya, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda memperingatkan potensi kredit macet membengkak seiring dengan derasnya pembiayaan yang masuk ke wilayah Indonesia Timur.

Dalam periode Januari-April 2025, provinsi dengan pertumbuhan pinjaman online tertinggi adalah Maluku Utara dengan pertumbuhan sebesar 97,47% YoY dan TWP90 pada level 1,01%.

"Semakin tinggi penyaluran, maka bisa di bulan ke tiga pasca penyaluran yang cukup berbahaya. Jika dihitung per April, maka ancaman gagal bayar ada di bulan Juni, Juli dan Agustus," kata Huda.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper