Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Dana Tunai Leasing Dinilai Jalan untuk Pacu Industri Pembiayaan

Pengamat menilai pemerintah perlu memberikan dorongan konsumsi masyarakat yang notabene berkontribusi atas 55% pertumbuhan ekonomi nasional.
Pengunjung melihat mobil bekas yang di pamerkan di Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung melihat mobil bekas yang di pamerkan di Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Pembiayaan industri multifinance tertekan lesunya pasar otomotif. Dalam periode Januari–Mei 2025, penjualan motor dan mobil kompak mengalami kontraksi secara tahunan.

Praktisi dan pengamat industri pembiayaan Jodjana Jody mengatakan tidak mudah bagi industri multifinance mengejar pertumbuhan penyaluran pembiayaan jika hanya bergantung pada sektor otomotif yang sedang turun. Apalagi, portofolio pembiayaan multifinance sekitar 70% bertumpu pada pembiayaan kendaraan.

"Sekarang mulai banyak perusahaan pembiayaan yang fokus untuk memberikan pembiayaan multiguna dengan dana tunai untuk kebutuhan konsumen seperti sekolah, renovasi dan lain-lain dengan jaminan BPKB. Bila ada bunga menarik, tentu ini bisa jadi celah untuk pembiayaan," kata Jody kepada Bisnis, Senin (30/6/2025).

Merujuk data pasar otomotif, penjualan motor dalam periode Januari–Mei 2025 tercatat turun 2,4% year on year (YoY) atau sebanyak 64.593 unit menjadi 2.595.303 unit, dibanding periode yang sama pada 2024 sebanyak 2.659.896 unit.

Sementara untuk mobil, dalam Januari–Mei 2025 total penjualan mobil wholesales turun 5,5% YoY menjadi 316.981 unit, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebanyak 335.405 unit. Penjualan mobil secara ritel juga susut 9,2% YoY menjadi 328.852 unit, dibandingkan lima bulan pertama 2024 sebanyak 362.163 unit.

Pada saat yang sama, pembiayaan multifinance ditaksir tumbuh 8–10% tahun ini. Namun, sampai dengan April 2025, piutang pembiayaan industri tumbuh melambat di level 3,67% YoY dengan nominal mencapai Rp504,18 triliun.

Pertumbuhan tersebut semakin susut seiring lesunya pasar otomotif. Sebagai pembanding, piutang pembiayaan multifinance per April 2024 melejit 10,82% YoY, selanjutnya per Maret 2025 susut menjadi hanya tumbuh 4,60% YoY.

"Target pertumbuhan 8–10% di tengah pemburukan ekonomi memang cukup menantang. Saya rasa tahun ini pasti tumbuh di bawah satu digit, dan itu pun sudah baik karena proyeksi pertumbuhan PDB [Indonesia] semua lembaga internasional turun ke 4,7%," ujarnya.

Melihat kondisi menantang yang dihadapi industri multifinance, Jody menilai pemerintah bisa memberikan bantuan dengan mendorong konsumsi masyarakat yang notabene berkontribusi atas 55% dari pertumbuhan ekonomi nasional.

"Untuk durable goods [barang tahan lama] seperti otomotif dan perumahan yang menyerap tenaga kerja besar, pemerintah bisa memberikan beberapa relaksasi pajak seperti yang dilakukan tahun 2021 dan membuat pasar otomotif tumbuh tinggi, begitu juga perumahan. Ini contoh saja," pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper