Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketidakpastian Tarif Mereda, BI Tunggu The Fed soal Pangkas Suku Bunga?

Ketidakpastian tarif Trump yang menjadi salah satu alasan BI menahan suku bunga bulan lalu mulai reda usai kesepakatan tarif impor 19% tercapai.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (22/5/2024). Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Mei 2024 memutuskan menahan suku bunga acuan BI rate di level 6,25%. JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (22/5/2024). Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Mei 2024 memutuskan menahan suku bunga acuan BI rate di level 6,25%. JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Ketidakpastian tarif Trump, salah satu alasan Bank Indonesia menahan suku bunga acuan pada bulan lalu, mulai reda usai Presiden AS Donald Trump dan Presiden Prabowo Subianto mencapai kesepakatan di angka 19%. 

Ekonom UOB Enrico Tanuwidjaja menilai meski demikian, Bank Indonesia tetap akan mempertimbangkan sinyal pemangkasan Fed Fund Rate oleh Federal Reserve alias The Fed, yang diperkirakan terjadi pada September. 

Enrico memperkirakan pemangkasan untuk BI Rate baru akan terjadi pada Agustus. Untuk bulan ini, dirinya tetap mengestimasikan suku bunga acuan ditahan pada level 5,50%. 

"Dengan perkembangan semalam dapat sangat mungkin BI akan pangkas hari ini. Pertimbangan kami bukan tarif saja, tetapi outlook kapan The Fed akan kembali memangkas," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (16/7/2025). 

Senada, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede berpandangan bahwa BI tetap akan mempertahankan BI Rate pada level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur hari ini. 

“Meski kesepakatan tarif ini mengurangi ketidakpastian pasar secara signifikan, BI cenderung masih akan berhati-hati,” ujarnya. 

Mengingat, dampak positif dari kesepakatan ini terhadap fundamental ekonomi domestik—terutama inflasi inti dan neraca perdagangan—baru akan terlihat secara bertahap dalam beberapa bulan mendatang. 

Selain itu, kondisi eksternal masih memerlukan kewaspadaan tinggi, mengingat dinamika geopolitik global serta kebijakan moneter The Fed yang masih fluktuatif.

Dalam urusan kapan waktu penurunan, Josua berbeda pendapat dengan Enrico. Di mana Josua melihat peluang penurunan suku bunga acuan oleh BI baru akan terbuka lebar pada kuartal selanjutnya, hanya jika implementasi kesepakatan ini efektif, ekspor dan investasi mulai meningkat, serta tekanan eksternal kembali mereda secara lebih meyakinkan.

Sinyal Pemangkasan The Fed di September 

Sebelumnya, risalah rapat kebijakan moneter Juni yang dirilis Rabu (9/7/2025) waktu setempat menunjukkan perbedaan beraoa banyak pemangkasan yang perlu dilakukan, bersumber dari pandangan yang beragam terkait efek tarif terhadap inflasi. 

Sebagian besar peserta rapat menilai tarif berpotensi memberikan dampak inflasi yang lebih persisten, sementara sebagian lainnya memperkirakan hanya akan menimbulkan kenaikan harga satu kali tanpa memengaruhi ekspektasi inflasi jangka panjang.

The Fed dijadwalkan menggelar pertemuan kebijakan berikutnya pada 29–30 Juli 2025. Berdasarkan harga kontrak berjangka, pelaku pasar saat ini memperkirakan pemangkasan suku bunga pertama akan dilakukan pada September.

Gubernur BI Perry Warjiyo berulang kali mengatakan bank sentral berencana untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut setelah dua kali pemotongan tahun ini, sambil menekankan bahwa waktu pemangkasan tergantung pada kondisi global dan stabilitas rupiah.

Rupiah telah menguat terhadap dolar AS sejak pertemuan suku bunga BI bulan lalu, berkat melemahnya dolar AS secara luas dan aliran modal asing ke obligasi lokal. Namun, mata uang ini baru-baru ini kehilangan sebagian penguatannya akibat ketegangan tarif dan tetap menjadi yang terlemah di kawasan, turun hampir 1% terhadap dolar AS year-to-date.

Melihat rupiah sejak RDG terakhir, 18 Juni 2025, kurs JISDOR berada di level Rp16.319 per dolar AS. Sementara pada hari ini, 15 Juli 2025, kurs JISDOR menguat ke level Rp16.218 per dolar AS.  

Sementara mengutip Bloomberg, pukul 09.03 WIB, rupiah dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (16/7/2025), ke level Rp16.266,50 per dolar AS atau terkoreksi 0,10%. Adapun, indeks dolar AS turut melemah ke level 98,54.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper