Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom melihat ruang penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia atau BI Rate semakin terbuka usai Presiden AS Donald Trump mengumumkan kesepakatan tarif impor dari Indonesia sebesar 19%.
Kepala Ekonom Trimegas Sekuritas Fakhrul Fulvian melihat setelah kesepakatan perdagangan tercapai dengan AS, sudah saatnya juga kebijakan moneter lebih longgar. Menurutnya, Bank Indonesia memiliki sejumlah indikator yang memberi ruang pemangkasan suku bunga acuan seperti rendahnya inflasi yang hanya di 1,87% year on year (YoY) pada Juni 2025 dan adanya kecendrungan menguat pada rupiah.
“Saya lihat BI akan menurunkan suku bunga sebanyak 25bps hari ini,” ujarnya, Rabu (16/7/2025).
Fakhrul menyampaikan bahwa penurunan ini sudah harus dilaksanakan karena sejumlah negara tetangga telah menurunkan bunga acuan seperti India dan Malaysia. Dia melihat, dalam kondisi ekonomi saat ini, ugensi stabilitas moneter sudah harus bergeser pada pertumbuhan ekonomi dari fokus ke rupiah.
Di sisi mata uang, Fakhrul berpandangan harus ada ekspektasi perbaikan ekonomi yang bersumber dari dorongan moneter dan fiskal untuk memperkuat rupiah.
Apabila BI menurunkan suku bunga dan diikuti dengan belanja pemerintah yang meningkat, maka arus modal akan kembali dan memperkuat rupiah. Fakhrul sendiri memperkirakan bahwa rupiah dapat menguat sampai ke level Rp15.500 per dolar AS pada akhir tahun ini.
Baca Juga
“Seharusnya sudah lebih banyak upside di tengah tahun ini dibandingkan downside,” tutupnya.
Sebelumnya, sebagian besar ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bunga acuan atau BI Rate ditahan pada level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur hari ini, Rabu (17/7/2025).
Berdasarkan konsensus dari 33 ekonom yang dihimpun Bloomberg, sebanyak 18 di antaranya meyakini BI akan mempertahankan BI Rate, sementara 15 sisanya optimistis bank sentral akan memangkas 25 basis poin menuju level 5,25% dalam RDG Juli 2025.
Apabila BI tak mengubah besaran suku bunga acuan, artinya BI telah mempertahankannya dalam tiga bulan terakhir. Sementara jika dipangkas, akan menandakan penurunan BI Rate ketiga kalinya sepanjang tahun ini.
Dalam perkembangan terbaru, Presiden Donald Trump mengumumkan bakal mengenakan tarif impor sebesar 19% terhadap barang-barang asal Indonesia yang masuk ke AS, lebih rendah dari yang sebelumnya 32%.
Besaran tarif 19% itu disampaikan Trump usai dilakukannya proses negosiasi yang cukup panjang antara pemerintah Indonesia dan AS hingga akhirnya dicapai kesepakatan pada Selasa (15/7/2025).
Trump juga mengungkapkan bahwa Indonesia telah setuju untuk membeli energi AS senilai US$15 miliar, produk pertanian senilai US$4,5 miliar, dan 50 pesawat jet Boeing.
Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya telah mengingatkan bahwa bank sentral tetap membuka ruang untuk pemangkasan lebih lanjut—usai penahanan pada bulan lalu tetapi bergantung pada kondisi global.
Melihat redanya ketidakpastian tarif dari Trump, akankah mendorong bank sentral mengikuti estimasi minoritas dari hasil konsensus ekonom Bloomberg?
Adapun Perry Warjiyo akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur yang berlangsung pada 15-16 Juli 2025 pada hari ini, mulai pukul 14.00 WIB.